MANGUPURA, BALIPOST.com – Puluhan hektar tanaman padi di Mengwi, Badung, mengalami kekeringan. Lahan produktif yang berada di Subak Tungkub, Munduk Babadan, ini mulai pecah-pecah akibat kekurangan air.
Berdasarkan informasi di lapangan, Jumat (6/9), kekeringan terjadi sejak awal Agustus lalu. Sawah masih dialiri air pada saat masa tanam. Setelah itu, perlahan debit air mulai berkurang hingga ada akirnya sawah pun mengalami kekeringan.
Ketut Adikarta, salah seorang petani yang ditemui di lokasi mengatakan, saat usia padi memasuki dua bulan sejak tanam, selama itu pula sawahnya tak pernah tersentuh air. “Sudah tidak ada air. Hanya pada saat tanam masih dapat air, setelah itu kering. Rugi total ini,” keluhnya.
Menurutnya, penyebab kekeringan lantaran hulu saluran irigasi mengalami kerusakan, sehingga air yang sedianya mengalir ke sawah bocor ke mana-mana. “Kalau di sana (bagian selatan-red) irigasinya sudah bagus. Tapi yang di hulu rusak, jadi airnya tidak sampai masuk ke sawah,” ujar petani yang menggarap 40 are sawah ini.
Dikatakannya, ada wacana perbaikan pada Agustus lalu, namun hingga saat ini tak kunjung terealisasi. “Sampai sekarang tidak ada proyek apa- apa, padahal dulu katanya bulan Agustus ada perbaikan,” katanya.
Tidak jauh dari Munduk Tungkub, sebuah sungai mengalir dengan debit yang cukup tinggi. Sayangnya, aliran air yang besar tersebut milik Subak Beringkit. Kendati demikian, salah seorang petani memanfaatkan air dari rembesan pada irigasi tersebut.
“Air itu untuk Subak Beringkit. Sawah saya ini hanya dapat air rembesan dari lubang-lubang kepiting. Makanya ada air di sawah saya,” tutur Putu Purna, petani lainnya seraya menyebutkan, tidak pernah dirapatkan oleh klian subak untuk mencari solusi guna memecahkan kekeringan tersebut. (Parwata/balipost)