DENPASAR, BALIPOST.com – Ida Pedanda Nabe Gde Putra Telabah dari Griya Pesraman Telabah, Tegal Lantang, Padangsambian Klod, lebar, Senin (9/9). Ida Pedanda berpulang setelah sebulan sebelumnya menjalani operasi kecil lantaran gangguan pada saluran prostat.

Menurut Ida Pedanda Istri, yakni Ida Pedanda Nabe Istri Mayun (79), kondisi tubuh Ida Pedanda Lanang mulai menurun setahun terakhir dan sempat empat kali dirawat di rumah sakit. Sebelumnya, 10 tahun lalu ia juga pernah divonis mengidap tumor paru-paru akibat perokok pasif.

Sempat dinyatakan sembuh, namun tetap berobat medis dan herbal. “Saya tidak menyangka, beliau kemarin masih bugar, wajarnya cerah, makannya lahap sekali,” tuturnya, Selasa (10/9).

Baca juga:  Tol Mengwi-Gilimanuk Segera Dibangun, Gubernur Koster Sebut Penyeimbangan Infrastruktur

Sementara itu, jenazah masih disemayamkan di Griya Pesraman Telabah, Tegal Lantang, Padangsambian Klod. Informasi sementara, pada 25 September mendatang jenazah akan disemayamkan di Griya Ageng Telabah, Denpasar.

Suasana di rumah duka. (BP/win)

Pada 28 September akan dilakukan penyiraman dan puncak pelebon berlangsung 1 November. Penuturan Ida Pedanda Istri, Ida Pedanda Lanang sempat berpesan jika suatu saat beliau berpulang agar dibuatkan upacara yang sederhana saja. “Kami gelar upacara Sawa Wedana, sebab beliau sudah memiliki nanak. Jumlahnya 11 pasang dari Bali dan luar Bali,” ujarnya.

Baca juga:  Atasi Kemacetan Ubud, Mulai Minggu Depan Shuttle Bus akan Diuji Coba

Seperti diketahui, Ida Pedanda Gede Putra Telabah saat walaka bernama Ida Bagus Ngurah Narendra. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah perkembangan Universitas Udayana (Unud).

Ia pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan (PD) 3 di Fakultas Kedokteran. Pada saat menjadi PD 3 di FK tersebut, ia mendapat tugas untuk mengolah dan menyelesaikan usulan Hymne Udayana.

Mendapatkan tugas tersebut, beliau sangat kaget namun juga gembira. Dalam penggarapan hymne tersebut, beliau berdiskusi pula dengan Drs. Sudarminto, R.P Situmeang, M.Si, dan seorang pastur bernama M. Buiru.

Baca juga:  Yayasan di Tabanan Ini Diduga Terlibat Sindikat Penjualan Bayi

Lirik lagu hymne yang diusulkan kemudian diperbaiki, dan disesuaikan dengan keadaan Indonesia dengan beragam agama, sehingga terciptalah lirik hymne seperti saat ini. Hymne Udayana pertama kali diperdengarkan pada tanggal 1 April 1966 pada saat pengukuhan Guru Besar I FK, yakni Dr. Nuarta di Gedung Fakultas Sastra. Hymne ini diperdengarkan di depan para dekan dan PD 3. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *