DENPASAR, BALIPOST.com – Literasi keuangan secara nasional masih rendah, kondisi ini menyebabkan produk-produk keuangan yang memiliki return tinggi kurang diminati. Salah satunya saham.
Menurut Head of Wealth Management & Client Growth Commonwealth Bank, Ivan Jaya, saat ini yang terjadi di pasar saham adalah 40-45 persen dana berasal dari investor asing. “Kondisi ini menyebabkan jika ekonomi Indonesia bergejolak, pasar sahamnya juga akan terdampak. Karena investor yang sebagian besar asing akan menjual saham mereka dan menarik modal untuk ditanamkan di negara lain,” ungkapnya didampingi Head of Corporate Communication & Financial Inclusion, Bayu Irawan, saat berkunjung ke Kantor Bali Post, Kamis (12/9).
Ia mengutarakan di Indonesia, jumlah warga yang berinvestasi di saham baru sekitar 1,6 juta orang dari total 260 jutaan penduduk. Sementara di negara-negara tetangga, kondisinya jauh lebih baik. Seperti di Singapura, jumlah penduduk yang memiliki saham mencapai 75 persen dari total populasi.
Terkait investasi ini, ia mengatakan Commonwealth Bank memulai kerja sama dalam mendistribusikan reksa dana di bawah kelolaan Sucor Asset Management (AM), yakni Sucorinvest Equity Fund. Untuk melengkapi reksa dana saham Sucor AM, Commonwealth Bank juga mendistribusikan reksa dana Sucorinvest Money Market Fund, reksa dana pasar uang.
Chief Executive Officer Sucor AM, Jemmy Paul Wawointana mengatakan saham merupakan investasi yang return-nya sangat tinggi. Bahkan untuk long term bisa mencapai angka 300-500 persen return. “Jika kita investasi di perusahaan-perusahaan yang benar, return-nya akan jauh lebih tinggi untuk jangka panjang,” ujarnya.
Khususnya Bali, Ivan mengatakan Commonwealth Bank sudah sekitar 20 tahun beroperasi. Bahkan pada hari ini, Commonwealth Bank membuka satu lagi kantornya di Bali, tepatnya di wilayah Badung. Bank yang bermarkas besar di Australia ini sudah tersebar di 25 kota di Indonesia dan memiliki 34 kantor cabang. (Diah Dewi/balipost)