Pada pidato setahun kepemimpinannya, Gubernur Bali Wayan Koster didampingi wakilnya Tjokorde Artha Ardana Sukawati kembali mengingatkan serta mempertegas bahwa Bali Era Baru yang hendak dituju merupakan sebuah gerakan bersama. Oleh karena itu, mutlak perlu urun rembuk serta urun kerja masyarakat serta komponen atau stakeholder yang ada.
Tanpa partisipasi itu, tentu tujuan ideal ini akan mustahil dicapai. Koster mengakui dan bertekad bahwa lima tahun kepemimpinannya nanti, apa yang dilakukannya sekarang ini, pada setahun awal, merupakan sebuah pondasi yang nantinya menjadi dasar sebuah bangunan yang kokoh.
Bali Era Baru bukan semata-mata slogan tanpa makna. Bukan juga sebuah euforia serta retorika politik. Bali Era Baru merupakan sebuah cita-cita bersama. Sebuah tempat ideal di mana nantinya masyarakat Bali tinggal, berlindung serta tumbuh berkembang secara harmonis. Itulah sebabnya, hal ini jangan tinggal slogan, Koster mengajak semua bekerja sama, melakukan introspeksi serta evaluasi sejauh mana kerja bersama itu sudah mengarah kepada tujuan.
Bukan melenceng, bukan pula justru berbalik haluan. Target sudah ditetapkan, tentu sudah banyak rintangan yang dilalui. Akan banyak lagi onak serta duri di depan dan itu mesti dihadapi secara tegas, lugas, cerdas, serta bijak. Ini bukan langkah main-main. Ini bukan juga sebuah permainan. Ini sebuah misi suci.
Bagaimana nanti Koster dan anak buahnya bekerja tentu mesti dalam pengawasan anggota legislatif yang baru saja dilantik. Semangat baru dengan darah baru menuju Bali Era Baru. Sebuah komposisi yang pas. tentu saja masih di atas kertas. Rakyat menunggu janji, menunggu jawaban pasti, menunggu langkah terobosan yang benar-benar bisa membuat hati lega.
Setidaknya ada saling pengertian dulu antara keduanya. Kalau sudah klop, tentu langkah akan menjadi lebih ringan ke tujuan. Ini sekali lagi sebuah tujuan ideal, tetapi bukan tidak mungkin menjadi sangat riil mengingat ada komitmen serta tekad besar di dalamnya untuk segera mewujudkannya.
Bali kian hari semakin kompleks. Kita tidak hanya berhadapan dengan diri sendiri, masyarakat Bali sendiri, orang asing karena Bali sebagai tujuan turis global tetapi juga kebijakan nasional. Ini tentu akan membuat permainan kebijakan semakin ramai. Tinggal sekarang bagaimana irama ini menjadi satu antara pengambil kebijakan lokal serta wakil-wakil Bali di tingkat nasional.
Sudah banyak contoh, bagaimana kebijakan nasional mendapatkan resistensi lokal. Terakhir, ketika Koster bicara garang soal reklamasi Pelabuhan Benoa. Sepertinya semua satu kata sehingga BUMN itu minta maaf akan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.
Sepertinya, Bali Era Baru bukan semata-mata soal fisik. Bukan juga sekadar bicara materi. Pun bukan proyek saja tetapi lebih daripada itu. Bali Era Baru lebih menekankan pada bagaimana masyarakat ini berani bersuara lebih tegas, lebih lantang dan lebih menggelegar agar selalu didengar. Suara serta fakta agar tidak semua orang berani coba-coba. Itu saja.