NEGARA, BALIPOST.com – Musim kemarau yang terjadi hingga September ini, juga berdampak pada sektor pertanian. Beberapa Subak di Jembrana mengubah pola tanam dengan kondisi minimnya air.
Subak yang semestinya bisa menanam padi ketiga tahun ini, terpaksa mengubah masa tanamnya. Seperti yang dialami di Subak Tamblang, Jembrana yang mencakup persawahan di Desa Dangin Tukadaya dan Desa Batuagung.
Subak ini menunda waktu tanam lantaran pasokan air untuk irigasi sangat kecil. Debit air dari Bendung Jero Pengentuh yang turun menyebabkan Kelian Subak Tamblang, Gusti Suantra, Minggu (15/9) saat ini subak sudah melakukan pola tanam padi ketiga kalinya.
Namun karena kondisi kering seperti ini, pola tanam padi di subak seluas 47 hektare yang semestinya pada Oktober ini, diperkirakan mundur sampai Februari tahun depan. “Tidak bisa menerapkan pola tanam ketiga tahun ini. Musim kemarau masih berlangsung dan debit air di bendung kecil,” terangnya.
Padahal sumber air irigasi di persawahan Subak tersebut bergantung dari Bendung Jero Pengentuh. Setelah dirinya mengecek, ke bendung induk tersebut, ternyata air masih jauh di bawah.
Karena itu, untuk mengisi masa waktu kosong selama masa tanam padi itu, rencananya akan dikosongkan. Termasuk untuk tanam Palawija tidak memungkinkan. “Kita menunggu sampai ada hujan turun dan diperkirakan baru Februari pola tiga baru bisa dilaksanakan,” terangnya.
Sedangkan untuk panen padi kedua tahun ini, menurutnya di Subak ini tergolong berhasil. Seperti yang dilakukan, para petani memanen padi mereka. Bibit yang digunakan jenis Chierang dan Infari 42.
Rata-rata per hektare panen 6,5 ton hingga 7 ton. Musim panen ini petani juga membuat harga gabah Rp 260 ribu hingga Rp 300 ribu per arenya. (Surya Dharma/balipost)