Belakangan ini budi daya sektor pertanian terus berkembang. Fakultas pertanian juga ada di sejumlah universitas di Bali. Bahkan, Bali kini juga dibanjiri dengan buah-buahan impor. Bahkan, peminat buah impor sangat tinggi terlebih sebelum ada pergub yang mengatur penggunaan buah lokal. Saya sendiri mengapresiasi pergub ini agar buah-buah lokal tetap eksis.

Sebagai generasi Bali yang kini memasuki usia 50 tahun, saya jutru prihatin dengan tingkat kepedulian kita terhadap tananam Bali yang dulu mungkin menjadi teman akrab kita saat masih kana-kanak. Ada badung, semaga Bali, poh Bali, cermai, sentul, boni, pundung dan ceroring (duku) dan beragam tanaman yang dulu sangat mudah kita jumpai.

Baca juga:  Putri Koster Apresiasi Penggunaan Buah Lokal di Lomba Gebogan

Tapi kini tanaman atau pohon-pohon tersebut sangat jarang kita jumpai. Bahkan mungkin anak-anak kita tak pernah mengenal tanaman itu.  Mudah-mudahan ke depan fakultas pertanian dan profesor bidang pertanian di Bali bisa lagi membudidayakan tanaman tersebut.

Haraan saya mudah-mudahan juga ke depan tanaman-tanaman itu ada di satu kawasan yang bisa kita kunjungi sebagai destinasi pariwisata. Atau mungkin juga tanaman tersebut nanti ada di sekitaran Pura Besakih, agar saat penataan kawasan Besakih selesai kita tetap dekat dengan tanaman yang dulu menjadi sumber kehidupan kita.

Baca juga:  Diserang Tikus, Tanaman Padi di Subak Tunggak Alas Gagal Panen

I Wayan Supartha

Gianyar, Bali

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *