Selasa, 17 September pagi, saya sempat datang ke Balai Budaya Giri Nata Mandala yang berlokasi di areal Puspem Badung. Balai budaya yang di-pelaspas secara agama Hindu pada Sabtu 14 September lalu, saya perhatikan belum ada ruang khusus yang representatif untuk memajang lukisan.
Berita yang saya baca di koran, Bupati Badung mengatakan bahwa di lokasi yang masih kosong akan dibangun ruang khusus untuk memajang karya seni oleh perajin dan seniman Badung. Di samping pameran, karya seni tersebut juga dijual. Nah berhubung belum dibangunnya ruang pameran ini saya sarankan, maaf para arsitek agar merencanakan secara profesional bagaimana ruang pameran yang benar dan baik.
Khusus untuk memajang lukisan jangan terlalu banyak jendela. Pada dinding harus ada gantungan khusus lukisan yang bisa digeser-geser. Ada lampu sorot yang khusus menyorot lukisan, tetapi tidak menyorot pengunjung agar pengunjung tidak silau penglihatannya.
Bangunan ruang pameran ini janganlah terlau mewah seperti gedung budaya yang sudah ada ini. Tambahan juga, jika akan membangun ruang pameran libatkan beberapa pelukis senior agar gedung tersebut bisa terwujud memuaskan bagi pengunjung dan seniman itu sendiri.
Saat saya datang ke balai budaya ini sebelum saya masuk ruangan, saya disuruh melepas alas kaki oleh petugas di sana. Waduh, bagaimana nanti jika ratusan malahan ribuan penonton yang akan menyaksikan pertunjukan kesenian di teater yang bertarap internasional itu. Saya berharap nanti pengunjung jangan sampai melepas alas kaki jika menyaksikan karya seni tersebut.
W. Beratha Yasa
Kapal, Badung