TABANAN, BALIPOST.com – Untuk bisa terus meningkatkan kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara, DTW Jatiluwih, Tabanan, diminta menyiapkan kalender kegiatan wisata atau Calendar of Event. Kegiatan wisata mesti menjadi agenda rutin tahunan dan merupakan ciri khas, seperti festival.
Hal tersebut merupakan saran Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerja Sama Pariwisata Prof. I Gde Pitana saat menghadiri puncak Festival Jatiluwih III, Jumat (20/9) kemarin.
Pitana menjelaskan, Festival Jatiluwih tahun ini sudah ada peningkatan yang terlihat dari keterlibatan masyarakat lokal. Selain itu, pengelolaan manajemen lebih rapi dibandingkan festival sebelumnya yang terkesan masih amburadul. Peserta pameran dan stan kuliner juga yang semakin profesional dan telah memenuhi standar skala pariwisata. “Ini jauh lebih baik dari sebelumnya, bahkan bisa jadi top ten Indonesia,” ucapnya.
Peningkatan kualitas pelaksanaan festival sebagai ajang promosi ini karena masyarakat setempat merasakan pariwisata telah memberi banyak manfaat bagi mereka. “Minggu lalu saya datang melihat situasi subak, banjar, desa adat, dan petani individual di sini (Jatiluwih-red), semua mendapat manfaat langsung dari ekonomi pariwisata. Mereka mulai merasakan bahwa pariwisata adalah masa depannya, terangnya.
Meski demikian, ia juga melihat masih ada sejumlah hal yang perlu dibenahi. Salah satunya keberadaan Patung Dewi Sri yang ada di tengah areal kawasan DTW Jatiluwih dinilai kurang tinggi sehingga tidak bisa dilihat dari kejauhan. Mesti lebih tinggi dan terlihat dari kejauhan untuk menarik rasa penasaran atau keinginantahuan wisatawan.
Di samping itu, promosi tentang gelaran Festival Jatiluwih belum banyak diketahui oleh masyarakat luas dan wisatawan. “Itulah kenapa perlu kalender event yang jelas setahun sebelumnya. Jangan menunggu kementerian atau bupati. Saya berharap setiap hari ada festival, karena promosi merupakan investasi jangka panjang,” pungkasnya.
Pitana melanjutkan, Kemenpar memiliki kriteria sendiri dalam menentukan apakah nantinya ajang festival semacam ini bisa masuk menjadi kalender event nasional. “Jika sudah festival lima kali dan terbukti berkualitas, bukan event kelas RT, tentu saja bisa masuk kalender nasional. Tetapi menurut saya sekarang sudah bagus, jauh berbeda, dan kemajuannya luar biasa. Kami apresiasi,” jelasnya. (Dewi Puspawati/balipost)