Generasi muda Gianyar bersuka cita mengikuti Festival Layang-layang Pelangi di Pantai Masceti, Desa Medahan Kecamatan Blahbatuh, Minggu (22/9). (BP/nik)

GIANYAR, BALIPOST.com – Sejumlah festival layang-layang di Kabupaten Gianyar sudah masuk dalam kalender event pariwisata. Salah satunya festival layang-layang yang digelar Pelangi Gianyar di Pantai Masceti, Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Minggu (22/9). Festival Layang-layang ke 13 ini ke depannya diharapkan bisa menjadi daya tarik wisatawan.

Kepala Dinas Pariwisata Gianyar A.A. Gde Putrawan mengapresiasi festival layang-layang ini sebagai wadah bertemunya pencinta layang-layang, sekaa demen yang menjadi peserta, dan masyarakat umum yang terlibat dalam acara ini. Kegiatan ini didasari rasa penuh tanggung jawab dan kesadaran yang tinggi agar nantinya terbentuk persatuan dan kesatuan di lingkungan peserta lomba dan panitia penyelenggara.

Baca juga:  Tak Hanya Jadi Penyumbang Terbanyak Kasus COVID-19 Harian, Wilayah Ini Juga Tambah Korban Jiwa

Tujuan utama perhelatan lomba layang-layang kali ini adalah memberikan wadah penyaluran minat dan bakat di bidang seni dan budaya khususnya seniman/undagi muda serta melestarikan dan mempertahankan budaya bangsa. “Pelaksanaan kegiatan ini akan memberikan kontribusi positif bagi promosi kepariwisataan di Kabupaten Gianyar. Selain itu, sebagai media pendidikan budaya tradisional untuk generasi muda,” tandasnya.

Menurut Ketua Pelangi Gianyar I Ketut Arsana, festival layang-layang merupakan sebuah wadah bagi generasi muda untuk berkreativitas. Sekitar 500 layang-layang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Tidak saja para pemuda Gianyar tetapi juga dari kabupaten lain. “Pesertanya seluruh Bali. Dari Jembrana hingga Karangasem. Cuma Buleleng yang tidak ada,” ujar pria yang akrab disapa Ayong ini.

Baca juga:  Museum Subak Tahun Depan Jadi Satu Paket Destinasi Wisata Baru

Jenis layangan yang dilombakan di antaranya bebean, pecukan, janggan, janggan buntut, dan kreasi. Festival layang-layang ini telah terbukti mampu mempererat persatuan para pemuda. Bedanya, jika dulu identik dengan layangan besar yang memacetkan lalu lintas disertai suara knalpot brong, kini peserta sudah semakin disiplin. Terutama pascaditerapkan sistem knock down, yakni beberapa bagian rangka layangan bisa dibongkar pasang. “Kalau dulu layangan besar harus diangkut menggunakan truk, kini cukup dibawa dengan sepeda motor,”  jelas Ayong yang juga Klian Banjar Peninjoan, Desa Batuan. (Manik Astajaya/balipost)

Baca juga:  Desa Temesi Olah Sampah Jadi Kompos
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *