BANGLI, BALIPOST.com – Peternak sapi di Kintamani kesulitan mencari pakan hijau untuk ternaknya. Kondisi ini terjadi akibat kemarau panjang yang melanda sejak beberapa bulan terakhir. Tak ingin hewan peliharaannya kurus, sejumlah peternak beramai-ramai menjual sapi.
Salah seorang peternak sapi di Desa Belantih, I Nengah Wardana, mengakui hal itu. Banyak peternak di desanya yang memilih menjual sapinya karena kesulitan pakan. Rumput gajah yang biasanya dijadikan pakan utama kini sulit tumbuh akibat kemarau. “Karena sulit cari rumput, ada yang terpaksa panjat pohon nangka. Asal hijau dan mau dimakan sapi,” ungkapnya, Minggu (22/9).
Pria yang juga Perbekel Belantih itu mengatakan masih mempertahankan beberapa ekor sapinya karena bunting. Agar pertumbuhan sapinya bisa tetap terjaga di tengah sulitnya mencari pakan, ia harus memberi makanan tambahan seperti polar.
Wardana tak bisa memastikan sampai kapan kesulitan pakan ternak ini akan berlangsung. Ia hanya bisa berharap hujan segera turun sehingga rumput kembali tumbuh. Dalam beberapa hari terakhir, wilayah Desa Belantih sudah mulai gerimis. Untuk memohon hujan, warga di desanya belum lama ini melaksanakan upacara ritual yang disebut nyeeb. “Kemarau seperti ini sudah biasa tiap tahun, tapi tidak pernah seekstrem sekarang,” terangnya.
Musim kemarau yang melanda beberapa bulan terakhir ini juga berdampak pada tanaman jeruk. Karena kering, tanaman jeruk banyak yang layu. Meski demikian, hal itu tak terlalu menjadi masalah bagi petani, karena jeruk masih bisa berbuah dan ada yang sudah laku dijual. “Tanaman tidak terlalu berdampak. Yang paling jadi masalah, petani sulit cari pakan untuk sapinya,” imbuhnya. (Swasrina/balipost)