DENPASAR, BALIPOST.com – Sekitar tahun 90-an, wisata MICE (meeting, incentive, convention, exhibition) di Bali sudah pernah digaungkan. Namun tak berjalan maksimal. Kini, lesunya pariwisata, kembali memantik strategi produk yang ditawarkan Bali agar wisata Bali kembali menggeliat.
Data dari Kementerian Pariwisata menunjukkan kunjungan wisata MICE ke Bali pada 2017, 2018 menurun meski tahun 2016 sempat meningkat. Justru kunjungan wisatawan MICE ke Yogyakarta terus meningkat dari 2016 hingga 2018. Untuk membangkitkan kembali wisata MICE, Bank Indonesia KPw Bali berupaya mendorong terbentuknya Convention Bureau di Bali agar wisata MICE di Bali dikelola secara optimal.
Tokoh pariwisata Bali yang juga pemilik Segara Village Hotel IB Ngurah Wijaya mengatakan, Bali pernah menggarap wisata MICE sekitar tahun 1990-an. Namun pemerintah dinilai tidak komit mengembangkan wisata ini.
Pemerintah tingkat I dan II tidak 100 persen komitmen untuk mendorong mempromosikan wisata MICE. “Dananya tidak ada, jadi kegiatannya tidak maksimum bisa berjalan,” ujarnya di sela – sela acara Focus Group Discussion (FGD) Akselerasi Pembentukan Bali Convention Bureau untuk Mendorong MICE dan Events Internasional di Bali oleh Bank Indonesia KPw Bali pada Jumat (20/9).
Menurutnya, jika convention bureau dibentuk untuk menggarap wisata MICE, maka pembiayaannya bisa datang dari pihak swasta dan pemerintah. Pembiayaan convention bureau menurutnya sangat besar. Pembiayaan besar itu seperti membuat database, bidding. “Kalau itu bisa kita tanggulangi, MICE ini akan bisa fokus daripada leisure,” ungkapnya.
Pasar yang disasar juga jelas, baik dari organisasi, pemerintah, asosiasi, dll yaitu orang – orang yang mengiktui konferensi jelas. Sedangkan wisatawan leisure susah tidak dapat ditebak. Maka dengan adanya convention bureau membuat Bali fokus mengelola wisatawan yang datang.
Ada kekhawatiran Bali tidak mampu menggarap wisata MICE. Mengingat event–event besar dunia seperti APEC dan IMF WB yang pernah dilakukan di Bali digarap langsung oleh pemerintah pusat. Namun ia yakin Bali mampu menjalankan wisata MICE ini. “Saingan kita kan disebutkan, Thailand, Bangkok, Singapura, Malaysia. SDM kita kualifikasinya bagus, servicenya bagus. Kementerian Pariwisata menyebutkan SDM kita salah satu yang terbagus juga, fasilitas kita juga yang terbagus dan kita mempunyak destinasi yang tiada duanya di dunia,” bebernya.
Kepala BI KPw Bali Trisno Nugroho mengatakan, kegiatan MICE paling banyak dilakukan di Bali dibandingkan daerah lain di Indonesia. Bahkan data dari BNDCC dan BICC, setiap minggu dan bulan ada saja kegiatan MICE yang dilakukan. “Kalau event, menurut saya banyak. Katakanlah Bank Indonesia mengadakan event di Bali, besoknya pasti ada lagi, tapi mungkin skalanya lebih kecil,” ujarnya.
Akademisi dari UI sekaligus INASEF Dr. Christina L Rudatin mengatakan, yang datang untuk wisata MICE adalah orang – orang bisnis. Ketika ekonomi turun, tidak berdampak bagi wisata MICE. “Apapun kondisi di dunia itu, bagi MICE itu adalah peluang. MICE adalah orang yang sedang melakukan bisnis,” tandasnya. (Citta Maya/balipost)