Kepala Dinas Kesehatan Bali dr. Ketut Suarjaya. (BP/san)

DENPASAR, BALIPOST.com – Menjelang musim hujan, salah satu penyakit yang mengancam adalah demam berdarah denque (DBD). Penyakit yang ditularkan melalui nyamuk aides aigypty ini cenderung mengalami peningkatan pada musim peralihan antara kemarau dan hujan serta saat musim hujan. Karenanya, Dinas PSN, Kesehatan Provinsi Bali mengimbau masyarakat untuk waspada dan selalu melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) secara rutin.

Kepala Dinas Kesehatan Bali dr. Ketut Suarjaya mengatakan berdasarkan data, kasus DBD saat ini mengalami penurunan, yaitu Januari sebanyak 347 kasus, Februari (713), Maret (639), April (714), Mei (975), Juni (589), Juli (338), dan Agustus (191). ”Namun, mulai musim hujan, masyarakat harus waspada terhadap peningkatan kasus,” ujarnya, Senin (23/9).

Baca juga:  Bupati Suwirta Serap Aspirasi Masyarakat Nusa Penida

Angka kejadian IR (incident rate) DBD atau kasus DBD dalam masyarakat di suatu wilayah dibandingkan dengan jumlah paling tinggi terjadi di Kabupaten Buleleng dengan IR 187,77 per 100.000 penduduk. Di bawahnya Klungkung dengan IR 154,26, Denpasar IR 117,13, Badung IR 119,8, Gianyar IR 104,9, Bangli IR 75,168, Jembrana IR 47,363, Tabanan IR 35.174 dan Kabupaten Karangasem dengan IR 31,34. Sementara angka IR untuk Bali adalah 104,98 per 100.000 penduduk.

Baca juga:  SE No. 4 Tahun 2022, Tata Titi Kehidupan Masyarakat Bali untuk Jana Kerthi

Dalam rangka peningkatan kewaspadaan ini, pihak Dinas Kesehatan Bali mengimbau setiap dinas kesehatan kota/kabupaten untuk menggelar kegiatan kewaspadaan dini penularan DBD melalui PSN pada daerah endemis dengan melibatkan semua komponen masyarakat. Selain itu, dilakukan pengaktifan semua juru pemantau jentik di setiap desa/banjar untuk lebih intensif melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga. ”Ada juga kegiatan abatisasi pada daerah-daerah endemis,” jelasnya.

Daerah endemis adalah daerah yang mencatat kasus DBD sepanjang tahun atau daerah yang mencatat kematian karena kasus DBD. Pada tahun 2019 ini terjadi lima kasus kematian karena DBD masing-masing di Denpasar (3), Tabanan (1), dan Gianyar (1).

Baca juga:  Survei LSI: Masyarakat Berharap Ada Transformasi Struktur Pemerintahan

Suarjaya menyatakan, pengendalian DBD sangat tergantung pada peran serta masyarakat. Karenanya, pihaknya mendorong program gerakan satu rumah satu jumantik. Program ini mengajarkan setiap keluarga untuk memantau keberadaan jentik di lingkungan rumahnya dan kemudian mengajak keluarga untuk melakukan PSN secara rutin. ”Peningkatan kasus DBD biasanya mengikuti siklus lima tahunan. Namun, jika seluruh masyarakat ikut serta dalam kegiatan PSN rutin, peningkatan kasus DBD bisa dicegah,” ungkapnya. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *