Wisatawan saat berlibur di Jungut Batu. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Prediksi ekonomi Bali dalam 3 bulan terakhir pada umumnya masih menunjukkan trend yang stagnan dan bahkan cenderung menurun. Ini akibat dari beragam persoalan yang terjadi, baik secara global maupun nasional.

Menurut Pengamat Ekonomi, Viraguna Bagoes Oka, Senin (23/9), resesi yang diakibatkan geopolitik dan masih berlangsungnya ketegangan ekonomi global serta meningkatnya harga minyak pasca penyerangan ladang minyak di Timur Tengah menjadi sejumlah persoalan yang mempengaruhi ekonomi Bali. Kondisi ini, dinilainya, salah satu pemicu kelesuan dan turunnya kunjungan wisman (wisatawan mancanegara) dan wisdom (wisatawan domestik). “Ditambah dengan harga tiket pesawat yang masih tinggi, berdampak pada kelesuan pariwisata Bali. Hal ini mengoreksi pertumbuhan ekonomi menjadi di bawah 5 persen di akhir Agustus 2019,” ujarnya.

Baca juga:  Yuk ke Bali, Ada Ubud Writers Festival 25-29 Oktober 2017

Untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah dalam kurun 2 minggu terakhir telah mengambil kebijakan yang cukup berani dengan menurunkan suku bunga 2 kali berturut-turut. Termasuk memberi kelelonggaran dalam Loan To Value(LTV) sebesar 5 persen untuk menggeliatkan iklim usaha bidang properti, terutama Bali, agar ekonominya bisa bertumbuh.

Kebijakan makroprudensial yang diambil oleh Bank Indonesia ini diharapkan bisa direspons positif oleh dunia usaha atau pelaku usaha dan lembaga keuangan (perbankan) untuk menurunkan suku bunga kredit.

Baca juga:  Amankan HUT Partai Gerindra Dihadiri Prabowo, Polresta Denpasar Kerahkan Ratusan Personel

Namun, dunia usaha dan pariwisata Bali akan dihadapkan oleh berbagai persoalan baru yang sedang melanda sebagian besar wilayah Indonesia. Yaitu dengan munculnya bencana asap yang mengancam kenyamanan pariwisata Indonesia. Sehingga banyak penerbangan yang dibatalkan akibat asap.

Belum lagi, kemelut kontroversi revisi RUU KPK yang berdampak pada kenyamanan wisatawan. RUU KUHP ini berpengaruh mengancam dunia pariwisata mancanegara. “Karena kekhawatiran berlebihan atas ancaman sanksi dalam RUU KUHP yang viral mendunia, walaupun sudah ada pernyataan resmi Presiden yang menjamin penundaan RUU tersebut,” ungkapnya.

Baca juga:  Pemerataan Ekonomi, Bali Perlu "One Island One Management"

Dunia usaha diharapkan mampu menyiasati potensi hambatan yang ada menjadi peluang bagus bagi ekonomi Bali. Mengingat Bali masih terbebas dari bencana asap dan Bali masih tetap sebagai idola tujuan wisata dunia. “Asal SDM Bali siap untuk bersatu padu dalam komitmen, konsisten dengan tekad kepemimpinan pemerintah Bali dalam menghadapi potensi ancaman yang ada berbasis “Sad Kerthi Loka Bali” menuju Bali yang harmoni,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala BI KPw Trisno Nugroho mengatakan tetap optimis ekonomi Bali akan tumbuh lebih baik. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *