DENPASAR, BALIPOST.com – Bali perlu mewaspadai perkembangan destinasi wisata di dunia. Pasalnya kondisi ini berisiko menahan laju pertumbuhan ekonomi Bali. Demikian disampaikan Deputi Direktur Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Provinsi Bali, M. Setyawan Santoso, Rabu (25/9) saat Diseminasi Hasil Survei KPw Provinsi Bali.
Pada 2018, ekonomi Bali 6,35 persen. Di 2019, pertumbuhan ekonomi Bali diprediksi 5,7 – 6,1 persen dan titik tengahnya 5,9 persen.
Menurutnya pertumbuhan ekonomi bisa lebih dari 5,9 persen jika faktor pendorongnya, seperti adanya direct flight, peningkatan realisasi dana desa, kenaikan gaji ASN, dan pembangunan proyek, terealisasi.
Sedangkan faktor penahan laju pertumbuhan ekonomi diantaranya, berkembangnya destinasi wisata dunia termasuk wilayah ASEAN, perkiraan melambatnya kinerja ekonomi negara mitra dagang utama Bali, seperti Tiongkok, tingginya harga tiket pesawat, musim kemarau yang lebih panjang. “Kita engga boleh lemah, kesulitan neraca pembayaran dari negara–negara ASEAN, cadangan devisa mereka kurang. Jadi tidak hanya Indonesia, mereka akhirnya genjot pariwisata,” ungkapnya.
Digenjotnya sektor tersier ini oleh negara-negara lain, menurutnya karena pariwisata merupakan sektor yang lebih mudah untuk dibangun dan lebih cepat berkembang. “Tata lokasi, lalu promosi, maka turis akan datang, dibandingkan mereka harus membangun manufaktur,” pungkasnya.
Ekonomi Bali diprediksi tumbuh 5,9 persen dengan nilai PDRB Rp 200 triliun. Dengan demikian uang beredar harus Rp 200 triliun. “Jika lebih dari itu, maka akan terjadi inflasi,” imbuhnya.
Sedangkan berdasarkan data, pada triwulan III hanya tumbuh 5,7 persen, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dan triwulan yang sama pada 2018.
Pada tahun ini, ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh 5,1 persen dan Bali 5,9 persen. Pelemahan pertumbuhan ekonomi Bali ini menurutnya wajar karena nasional dan global juga melemah. “Semua komponen pengeluaran melambat,” ujarnya.
Kabar baiknya, dari sisi komponen pendapatan, seperti lapangan usaha pertanian dan perdagangan menguat. “Pertanian kita masih bagus karena pada April (triwulan II) panen raya sehingga produksi pertanian banyak” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)