MANGUPURA, BALIPOST.com – Potensi pasar asuransi di Indonesia yang besar masih belum digarap maksimal. Guna meningkatkan penetrasi, industri asuransi pun menggarap kaum milenial.

Menurut Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Budi Tampubolon besarnya potensi pasar industri asuransi di Indonesia ini harus segera digarap. “Beragam kemudahan teknologi saat ini kami yakini dapat mendorong percepatan penetrasi pasar khususnya anak-anak milenial,” ujarnya saat Seminar Digital & Risk Management in Insurance (DRiM) 2019 yang digelar di Nusa Dua, 25-27 September 2019.

Semunar dibuka Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank Otoritas Jasa Keuangan (IKNB 2A OJK) Ahmad Nasrullah. Nasrullah mengutarakan pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dalam industri jasa keuangan termasuk asuransi akan memberi nilai tambah, dalam aktivitas bisnis kesehariannya.

Baca juga:  Generasi Milenial Diajak Warisi Nilai Perjuangan I Gusti Ngurah Rai

Untuk itu, industri asuransi juga harus menyesuaikan dan mengoptimalisasi aktivitas bisnisnya, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini. “Industri asuransi harus dapat memanfaatkan momentum perkembangan teknologi digital bidang keuangan saat ini. Berkolaborasi untuk mendorong penetrasi pasar penting dilakukan saat ini, sehingga layanan, inovasi produk dapat semakin maju dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” tutup Nasrullah.

Budi pun memaparkan berdasarkan survei Nielsen terkait pandangan generasi milenial terhadap asuransi dan kebutuhan di masa depan ada sejumlah poin yang diperoleh. Salah satunya segmen milenial (usia 25-38 tahun) sudah memahami pentingnya asuransi. Mereka juga paham bahwa mereka dapat membelinya melalui jalur distribusi digital (online).

Baca juga:  Orangtua Jangan Jadi "Mesin Pembunuh"

Walaupun produk asuransi jiwa lebih dikenal dan diminati oleh segmen usia lebih tua (late Millennial) di usia 30-38 tahun, kesadaran berasuransi Gen Z (usia 17-24 tahun) sudah ada.

Secara keseluruhan, penjualan jalur digital (digital insurance) sudah mulai terlihat. Jumlahnya sekitar 0.01% dari total premi baru Rp 54,57 triliun berdasarkan data Q2 2019.

Sementara itu, peran agen/financial advisor yang menawarkan informasi mengenai produk dan layanan asuransi jiwa masih menjadi jalur yang utama. Persentasenya lebih dari 77% dari total premi baru dihasilkan dari jalur distribusi keagenan dan bancassurance.

Baca juga:  Petani Makin Terjepit di Tengah Inflasi

“Penetrasi penggunaan internet dan pengguna media sosial di Indonesia diharapkan dapat mendorong penetrasi pasar market asuransi di Indonesia,” ujarnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *