BATU, BALIPOST.com – Dalam upaya mewujudkan implementasi Pergub tentang pemanfaatan hasil pertanian Bali, petinggi Bank BPD Bali dipimpin Direktur Utama (Dirut) I Nyoman Sudharma, S.H., M.H. mengunjungi sejumlah usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kota Batu, Jawa Timur, Sabtu (28/9). Sudharma mengaku tertarik dengan UMKM keripik olahan buah dan sayur karena bisa diterapkan di Bali.

Untuk itu, Bank BPD Bali akan men-support petani Bali dan mengarah produksi keripik salak serta nangka. Sebelum mengunjungi UKM, Sudharma bersama Dewan Komisaris dan Direksi sembahyang bersama di Pura Luhur Giri Arjuna, Kota Batu, Jawa Timur.

Pada kesempatan baik itu, Dirut asal Ungasan, Kuta Selatan ini menyerahkan punia Rp 20 juta kepada pemangku pura tersebut, disaksikan Dewan Komisaris. “Berkaitan dengan konsep Tri Hita Karana yang kita bangun, kalau diimplementasikan dalam misi Bank BPD Bali yaitu kepedulian sosial terutama tempat-tempat suci. Kita melihat juga Pura Luhur Giri Arjuna banyak dikunjungi pemedak dari Bali. Punia yang kita serahkan bisa digunakan membuat sarana pendukung misalnya tempat istirahat atau lainya sehingga bisa bermanfaat,” ujarnya.

Baca juga:  AA Sri Mahyuni : Banting Setir ke UMKM karena Berhenti Kerja

Selanjutnya rombongan Bank BPD Bali mengunjungi sejumlah UKM, diantaranya UMKM Gapura yang memproduksi olahan keripik sayur dan buah yaitu apel, salak dan nangka, serta Kelompok Tani Agronusa Mushroom.

“Setelah kita lihat di Malang ini, cara produksinya (keripik) mudah, mesin yang digunakannya pun tidak begitu rumit. Kalau kita lihat di Bali, produk unggulannya kan bisa salak, mangga, pisang dan nangka,” ucap Sudharma.

Baca juga:  Bedetan Kocing, Menu saat Paceklik Ikan yang Jadi Kudapan Khas Jembrana

Terkait support yang akan diberikan kepada petani Bali sehingga bisa memproduksi keripik khas Pulau Dewata ini, Dirut ramah ini menyampaikan, pihaknya mempunyai dana kemitraan, mungkin untuk mengawali bisa datangkan UMKM dari Kota Batu sebagai mitra. “Kalau di Bali kan ada BUMDes yang bisa kita ajak kerja sama sehingga nantinya bisa diproduksi oleh-oleh ciri khas Bali. Kalau di sini (Kota Batu) salaknya didatangkan dari Bali. Yang terpenting adalah komitmen pemerintah daerah atau perusahaan daerah yang bisa menggerakkan  UMKM ini. Perusda sebenarnya bisa menggarap hal ini,” tegasnya.

Ia berencana mengembangkan UMKM seperti ini di Bali. Salah satu wilayah yang akan disasar yaitu petani salak dan nangka di Karangasem. “Cuma kan kita cari dulu yang cocok, apakah BUNDes atau sesuai Perda kemarin badan usaha milik desa adat yang bisa diajak kerja sama? Sehingga produksinya bisa terus  berlangsung,” tandasnya.

Baca juga:  Dana Desa

Tak kalah penting diperlukan marketing. “Kalau dilihat UMKM di sini kemasan produknya menarik dan marketingnya menyasar toko oleh-oleh. Sehingga kontinyuitas usaha ini dipertahakan dan ditingkatkan,” sebutnya.

Menurutnya kalau dana kemitraan tidak sampai pembelian mesin Rp 200 juta. Namun pihaknya hanya bisa dalam bentuk pendidikan UMKM. Dia berharap kepercayaan yang diberikan tidak disalahgunakan. “Bantuan bank kadang disalahgunakan,” ujarnya. (Kerta Negara/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *