Sarroha Manulang. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pariwisata Indonesia maju karena pariwisata Bali, karena kebudayaan dan masyarakat Bali. Oleh karena itu, untuk memajukan pariwisata, maka dimulai dari memajukan pariwisata Bali.

“Bali dipilih karena Bali ini mulai dari embrio, riset, keberhasilan kepariwisataan ada di Bali. Nah dari Bali inilah, hub-nya ke daerah-daerah lain. Dari Bali ke Lombok, dari Bali ke Yogyakarta, dari Bali ke Sulawesi, dari Bali ke Wakatobi,” kata Dr. Sarroha Manulang, SE., MM., Kepala Kantor Rumah Detensi Imigrasi Denpasar, Jumat (4/10).

Kepariwisataan adalah salah satu poin perekonomian Bali karena Bali kota jasa pariwisata. Sehingga penanganan dan pelayanan Bali dengan tata cara atau budaya ketimuran, harus dengan hospitality yang baik.

Baca juga:  Bola Tangan Diusulkan Ekshibisi di Porprov 2022

Demikian juga pelayanan di Imigrasi. Mengingat kepariwisataan yang maju tanpa mengesampingkan para wisatawan mancanegara, perlu disambut dengan hospitality berbasis budaya.

Bali sebagai pintu gerbang Indonesia harus memberikan gambaran Indonesia secara umum. Dimulai dari peran instansi yang ada di bandara.

“Maka peran bandara sangat penting karena kesan pertama dan terakhir datang ke Indonesia khususnya Bali ada di airport. Sehingga pemeriksaan, pelayanan yang ada di bandara melibatkan seluruh stakeholder, tentu harus memberikan yang terbaik untuk menopang kepariwisataan agar berjalan dengan baik,” sebutnya.

Baca juga:  Dibanding Sebelum Pandemi, Kinerja Ekonomi Triwulan II Lebih Tinggi

Ketika wisman masuk ke Indonesia, akan menjadi tugas bersama baik instansi pemerintah maupun swasta untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan orang asing bersama. “Jadi yang pertama memeriksa orang asing itu masuk ke Indonesia yaitu dari kami, Imigrasi. Setelah itu semua instansi, baik BNN jika terlibat kasus narkoba, jika dia menyalahgunakan izin, ada dinas Dinas Ketenagakerjaan, jika dia melanggar Perda, ada polisi pamong praja,” beber Doktor Pariwisata yang penelitiannya tentang pelayanan di bandara khususnya Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Baca juga:  Tokoh Masyarakat Minta Gunung Agung Tak Dijadikan Obyek Wisata

Semua stakeholder harus bergandengan tangan agar pariwisata Bali berjalan baik. Sumbangan pemikiran dari alumni doktor pariwisata Universitas Udayana juga sangat penting dengan keahliannya masing-masing.

Total ada 37 doktor pariwisata di bawah Idola Parisuda (Ikatan Doktor Pariwisata Universitas Udayana) yang dapat berkontribusi terhadap kepariwisataan Bali. “Di sini kita berkumpul untuk berkompilasi, membuat suatu rumusan kepada pemerintahan,” ujarnya.

Dari Bali, nantinya dibuat rumusan secara nasional berdasarkan bidang ilmu doktor pariwisata yang ditekuni. Sehingga dalam membuat keputusan kebijakan Bali dan nasional dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *