GIANYAR, BALIPOST.com – Sejumlah pemilik hotel di Kabupaten Gianyar kini waswas. Pasalnya, perusahaan perjalanan wisata Thomas Cook telah tutup pada akhir September lalu. Ironisnya, perusahaan yang berkantor dingin itu meninggalkan utang miliaran kepada sejumlah hotel di kawasan daerah seni.
Hal itu diungkapkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Gianyar Pande Mahayasa Adityawarman dihubungi, Rabu (9/10). Sebelumnya, agen tersebut membawa banyak tamu ke hotel berbintang yang ada di Bali. Di Gianyar saja sekitar 10 hotel yang bekerja sama dengan Thomas Cook. “Kalau di Ubud, kelas bintang tiga ke atas,” bebernya.
Saat berperan dulu, Thomas Cook sangat berpengaruh. Agen wisata besar ini bisa mengisi tamu sampai 15-20 persen tamu dalam setahun. Akan tetapi kini sejumlah permasalahan muncul ke permukaan. Selain tidak lagi memperoleh tamu dari agen ini, yang paling vital adalah utang. “Terutama out standing yang belum dibayar. Mereka melunasi utang di luar negeri, sisanya baru dibagikan ke Gianyar,” jelasnya.
Sejumlah hotel sudah berupaya menagih utang itu ke perwakilan Thomas Cook di Bali. Bukan hanya pengelola hotel di Ubud, namun juga pengelola hotel dari seluruh Pulau Dewata. ”Mereka sudah tanyakan ke perwakilan Thomas Cook di Bali, namun sampai sekarang belum mendapatkan uangnya. Nominal utang per hotel mencapai miliaran rupiah,” ungkapnya.
Menurut Pande, berkaca dari pengalaman 10 tahun terakhir, ada tiga agen besar yang mengalami kondisi serupa seperti Thomas Cook. Dari tiga yang juga menyisakan utang itu, tidak satu pun hotel yang bisa mendapatkan uangnya kembali.
Sebagai langkah antisipasi, ia minta hotel mengukur credit facility para agen wisata. Bila ada agen berutang 30 hari, bisa diketagorikan tidak sehat. Pande juga menyarankan agar para pengelola hotel meminta pembayaran di awal kepada para agen wisata. ”Pasca-Thomas Cook tutup, para pengelola hotel mulai merangkul agen besar lain di luar negeri. Jadi, satu tutup, tamu lainnya akan booking ke agen lain. Itu sudah berlaku,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)