DENPASAR, BALIPOST.com – Untuk ketiga kalinya, Pimpinan Kelompok Media Bali Post Satria Naradha bersama seluruh karyawan turun bersama ke pasar tradisional. Kali ini rombongan membagikan koran secara gratis dan Tabungan Ajeg Bali di Pasar Nyanggelan, Sabtu (12/10).

Ikut hadir dalam kegiatan itu, Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra. Ia mengungkapkan pasar tradisional menjadi perhatian lantaran kegundahan menjamurnya pasar modern. “Kita tidak mau masyarakat kita di tingkat grassroot ini, tidak berdaya, justru akan menimbulkan kemiskinan baru, mungkin harkat dan martabatnya akan menurun,” ungkap Rai Mantra di sela-sela membagikan koran.

Untuk itu penguatan pasar tradisional dilakukan. Dimulai sekitar 2009 dari Pasar Renon, lalu Pasar Sindhu, sampai ke Pasar Agung dan Nyanggelan. Hampir 60 persen pasar sudah direvitalisasi.

Baca juga:  Tahun Ini, Pasar Pula Kerthi akan Direvitalisasi

Selain merevitalisasi bangunan, penguatan dan mengubah mindset pedagang juga dilakukan yaitu dengan sekolah pasar. Di sekolah pasar, pedagang dididik cara berdagang, cara menata, pembukuan, dan juga sudah banyak pasar tradisional yang sudah menggunakan e-money.

Dengan revitalisasi di segala lini, dari sisi omzet mengalami peningkatan. Seperti di Pasar Agung yang awalnya Rp 900 juta per bulan setelah direvitalisasi meningkat menjadi Rp 13 miliar. “Jadi pedagangnya pun tersenyum. Pada saat Jokowi meresmikan Pasar Badung, Saya mengatakan di sana, ini bukan masalah omzet tapi bagaimana caranya mengangkat harkat dan martabat grassroot. Omzet ada di dalamnya tapi dia terangkat secara martabat,” ungkapnya.

Baca juga:  Bali Sukses Perangi Rabies: Pendekatan Multihelix dan One Health

Kepala Pasar Nyanggelan, Wayan Dharmana mengatakan, mengawali program revitalisasi pada 2013, berkoordinasi dengan Pasar Agung, Pasar Nyanggelan mendapat bantuan Rp 5 miliar. Dengan dana itu, ia bisa membangun pasar tersebut ditambah dengan APBD dan swadaya pedagang.

Secara perlahan, pembinaan pedagang, pembinaan penataan dagangan juga dilakukan. Sehingga secara perlahan pasar ini mulai terangkat.

Sebelum revitalisasi, omzet pasar berkisar Rp 2,5 miliar, setelah direvitalisasi meningkat menjadi Rp 6,5 miliar pada 2019. Pedagang pun meningkat kesejahteraannya. “Sehingga tingkat kesejahteraan, pendapatan maupun omzet dari pasar itu sendiri mulai meningkat,” ujarnya.

Pasar Nyanggelan juga mendapatkan peningkatan status dari Kemendag yaitu pasar rakyat ber-SNI (Standar Nasional Indonesia) selain Pasar Agung dan Poh Gading. “Sehingga lengkap sudah. Sekarang kita mempertahankan semua aspek, baik fisik pasarnya, konsistensi pembinaan pedagang sehingga sekolah pasar yang dirancang Disperindag Kota Denpasar terus kita gaungkan, secara kontinyu kita laksanakan secara internal,” imbuhnya.

Baca juga:  Atasi Kendala Klasik, UKM Jatim Terapkan Jatimnomics

Pedagang alat-alat upakara di Pasar Nyanggelan Made Made mengatakan, pasar tradisional sudah berkembang. Revitalisasi pasar ini juga membuat pedagang-pedagang yang notabene UMKM juga ikut berkembang.

Ia mengaku sudah berjualan sejak 1994, saat berdirinya pasar tersebut. Barang yang dijual juga konsisten, yakni alat upakara. Karena menurutnya alat upakara selalu dibutuhkan masyarakat Bali. Dengan revitalisasi ini, ia mengakui omzetnya meningkat 20 persen. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *