MANGUPURA, BALIPOST.com – Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa menghadiri sekaligus mengikuti prosesi Tradisi Tabuh Rah Pengangon (siat tipat bantal) yang dilaksanakan Desa Adat Kapal, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi di Pura Desa lan Puseh Kapal bertepatan dengan Purnama Kapat, Minggu (13/10). Wabup Suiasa bersama Bendesa Adat Kapal I Ketut Sudarsana saling lempar tipat dan bantal dengan ibu-ibu PKK.
Suiasa berada di kelompok laki-laki yang melempar bantal sebagai simbul purusa (laki-laki) saling lempar dengan ibu-ibu PKK dengan membawa tipat simbul predana (perempuan). Tradisi yang digelar setiap tahun ini memohon kemakmuran masyarakat khususnya lahan pertanian.
Bendesa Adat Kapal I Ketut Sudarsana menjelaskan, aci tabuh rah pengangon dilaksanakan setahun sekali bertepatan dengan purnama kapat. Tradisi ini sudah ada sejak dulu dan dilaksanakan pertama kali tahun 1339 masehi.
Tujuan tradisi ini guna memohon kehadapan Ida Bhatara yang berstana di Pura se-Desa Adat Kapal agar menganugerahkan keselamatan dan kesejahteraan bagi krama Desa. Diceritakan, pada waktu itu jagat Bali dipimpin raja Ida Sri Astasura Ratna Bumi Banten.
Beliau mengutus patihnya Ki Kebo Taruna/Kebo Iwa datang ke Bali untuk memperbaiki salah satu parhyangan di Bali yakni Pura Purusada di Kapal. Di Kapal, Kebo Iwa melihat sebagian besar rakyat Kapal bertani, dan pada saat itu krama Kapal terserang musibah, musim paceklik.
Disitulah Kebo Iwa memohon ke hadapan Ida Bhatara yang berstana di Pura Purusada, dan dapat pawisik niskala bahwasanya di Desa Adat Kapal agar melaksanakan upacara sebagai persembahan kepada sang hyang siwa. Persembahan tersebut diwujudkan dengan mempertemukan purusa dan predana disimbulkan tipat dan bantal sehingga lahirlah tradisi aci tabuh rah pengangon. “Pertemuan purusa dan predana akan melahirkan kehidupan baru,” imbuhnya.
Wabup Suiasa atas nama pemerintah daerah Badung menyambut baik tradisi aci tabuh rah pengangon Desa Adat Kapal. Menurutnya tradisi ini sudah didasari atas ajaran agama, yang dapat dipakai untuk ngejegang taksu Bali.
Suiasa mengajak krama untuk menjaga taksu Bali dengan dua hal yaitu meningkatkan ajaran agama dan tradisi yang ada. “Agama dan tradisi itu sekarang dijaga dengan budaya dan aturan yang ada di adat. Untuk itu tradisi aci tabuh rah pengangon ini kami harapkan dapat berlanjut setiap tahun,” jelasnya.
Suiasa melihat dari aci tabuh rah pengangon ada empat tujuannya. Yang pertama untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran, kedua sebagai swadarma ring kahuripan, dengan lahirnya kehidupan baru tersebut, ketiga sebagai simbul kekuatan dan keempat adalah persatuan.
Pada kesempatan tersebut Wabup Suiasa juga menyerahkan dana sebesar Rp 100 juta untuk mendukung kegiatan Aci Tabuh Rah Pengangon yang diterima Bendesa Adat Kapal. (Adv/balipost)