BANGLI, BALIPOST.com – Rencana pembangunan kereta gantung di wilayah Bukit Abang, Kintamani telah mendapat rekomendasi dari Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Bangli. Ketua PHDI Kabupaten Bangli I Nyoman Sukra mengakui hal itu.
Dia mengatakan sesuai gambar dan peninjauan, lintasan kereta gantung yang akan dibangun investor tersebut lokasinya jauh dari pura. Sukra, Minggu (13/10), menjelaskan terkait rencana pembangunan kereta gantung itu sudah sempat digelar focus group discussion (FGD) beberapa waktu lalu.
Pertama FGD melibatkan tiga desa dan selanjutnya enam desa adat. Berdasarkan hasil FGD, semuanya setuju dengan kehadiran kereta gantung itu.
Kemudian masyarakat datang untuk mohon usulan rekomendasi. PHDI Bangli pun mengeluarkan rekomendasi terkait pembangunan kereta gantung itu.
Sukra mengatakan sesuai rekomendasi yang dikeluarkan pihaknya pada dasarnya setuju sepanjang pembangunan kereta gantung tidak mengganggu kesucian pura dan tidak mengganggu kegiatan keagamaan di sana. Dia juga mengaku sempat turun diantar oleh tokoh masyarakat di sana.
Dia menyebut lokasi pura jauh dari lintasan kereta. “Nah sekarang kalau ada data-data yang melintasi pura, yang mana itu? Kami kan tidak tahu,” terang Sukra.
Mengenai munculnya penolakan warga Banjar Dukuh, Desa Abang Batudinding, Desa Abang Songan dan Suter (di wilayah dekat Danau Batur), terkait pembangunan kereta gantung itu, Sukra mengatakan tidak tahu.
Dimintai tanggapannya terpisah, Bupati Bangli I Made Gianyar mengatakan akan memperhatikan aspirasi masyarakat terkait pembangunan kereta gantung itu. “Pasti diperhatikan, semuanya dipertimbangkan yang setuju, yang menolak diakomodir, sebagai dasar mengambil keputusan,” katanya singkat.
Rencana pembangunan kereta gantung yang akan dilakukan investor Rusia di wilayah Bukit Abang, Kintamani ditolak masyarakat Banjar Dukuh, Desa Abang Batudinding. Perbekel Desa Abang Batudinding, I Made Diksa, Jumat (11/10) mengungkapkan, penolakan atas rencana pembangunan kereta gantung itu disampaikan masyarakat saat rapat di Banjar Dukuh, awal September 2019.
Dalam rapat yang juga dihadiri sejumlah warga dari Desa Abang Songan dan Suter di wilayah bawah (dekat Danau Batur), masyarakat pada intinya menyatakan tidak setuju dengan rencana pembangunan kereta gantung. Ada sejumlah alasan yang mendasari penolakan ini.
Pertama, karena di wilayah Banjar Dukuh dan Desa Abang Songan serta Suter yang ada di bawah, banyak tempat suci yang dikeramatkan masyarakat. Masyarakat khawatir keberadaan kereta gantung nantinya akan menganggu kesucian pura.
Beberapa pura yang dimaksud yakni diantaranya Pura Tegeh Erawang, Pura Kawitan Tuluk Biyu, Pura Tirta Paceburan dan Pura Dukuh Sakti. “Kalau dilihat gambarnya, kereta gantungnya ada di atas pura sekali. Jadi pura yang saya sebutkan tadi itu tepat berada di kaki bukit, tepat di bawah kereta gantung yang direncanakan,” terangnya.
Alasan kedua, masyarakat menolak kehadiran kereta gantung karena Bukit Abang sangat rawan bencana longsor. Rencananya, ia bersama tokoh-tokoh di Banjar Dukuh dan Desa Abang Songan serta Suter akan menemui Bupati untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. “Kami tahu Bapak Bupati kan orangnya baik, bijak. Ketika ada keluhan di masyarakat, pasti beliau merespon. Kami akan melakukan pendekatan ke bupati,” jelasnya. (Dayu Swasrina/balipost)