DENPASAR, BALIPOST.com – Industri pariwisata di Bali tidak terlepas dari minuman beralkohol (mikol). Hampir semua wisatawan mancanegara mengonsumsinya, terutama Australia.
Menurut Ketua Indonesian Food and Beverage Executive Association (IFBEC) Bali Ketut Darmayasa, S.IPem., MM.,CHT. kontribusi mikol secara umum pada 2018 sangat besar. “Pendapatan hotel dari segi minuman sangat tinggi. Apalagi club, penghasilannya dari minuman beralkohol,” ujarnya Senin (14/10).
Sebagian besar tamu yang berkunjung ke Bali, disebutnya, mengkonsumsi alkohol. Apalagi wisatawan Australia hampir dominan mengonsumsinya. Begitu juga tamu Asia seperti Jepang, Cina, Korea, dan Taiwan. “Tamu yang dipastikan tidak minum, Timur Tengah,” tandasnya.
Kontribusi minuman (tidak hanya mikol) di industri hotel mencapai 40 persen dan makanan sebanyak 60 persen. Sedangkan di bar kontribusinya bisa mencapai 80 persen hingga 90 persen. Namun dari semua jenis minuman yang dijual, dikatakan yang paling laku adalah bir (golongan tipe A).
Tak heran, konsumsi mikol golongan A dengan kadar alkohol di atas 0 persen sampai 5 persen ini mencapai 7,1 juta liter per tahun. Mikol golongan B di atas 5 persen sampai 20 persen mencapai 1,2 juta liter per tahun, golongan C dengan kadar alkohol 20 persen ke atas, termasuk arak bisa mencapai 4,5 juta liter per tahun. “Sehingga bisnis mikol tipe C itu sangat bagus,” ungkapnya.
Menurutnya mikol golongan C berpotensi dikembangkan karena kandungan alkoholnya tinggi. Ketika orang ingin menikmati suasana dengan minum mikol, tipe C yang paling enak.
Mikol tipe C dapat diminum dengan cara yang berbeda–beda. Yaitu diminum secara langsung atau dengan es batu dan diminum dengan carbonate atau soda. Contohnya arak dan cola, whiskey dengan cola atau bisa mencampur dengan buah atau jus yang disebut cocktail.
Mikol golongan C disebut juga spirit (kandungan alkohol di atas 20 persen). Di dunia saat ini ada 6 spirit yaitu whiskey, gin, vodka, tequila, rum, dan brendy. Arak Bali, minuman khas Bali saat ini sedang diperjuangkan agar bisa menjadi spirit ke-7 dengan nama Barak (Balinese Arak).
Selama ini, mikol yang dikonsumsi di Bali hampir 90 persen merupakan produk impor. “Minuman impor itulah yang sangat banyak beredar di Bali,” pungkasnya.
Namun ada beberapa minuman impor yang juga diproduksi di Bali, yaitu jenis vodka di Tabanan, karena bahan dasar vodka ada di Bali. “Izinnya impor tapi diproduksi di Bali. Jadi bea cukainya lebih rendah. Misalnya bayar impor Rp 124.000 per liter, namun karena di produksi di Bali ia cuma kena cukai Rp 80.000 per liter,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)