Suasana di Tanjung Benoa. (BP/edi)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Terkait rencana penataan kawasan pantai di Tanjung Benoa yang diwacanakan Bupati Badung, Nyoman Giri Prasta saat melakukan kegiatan bersih pantai, mendapatkan sambutan masyarakat Tanjung Benoa. Bahkan masyarakat setempat akan menagih janji itu dan akan terus mengawalnya.

Mengingat penataan tersebut memang menjadi harapan sejak lama yang diinginkan masyarakat Tanjung Benoa. Seperti yang disampaikan Bendesa Adat Tanjung Benoa, Made Wijaya alias Yonda Senin (14/10). Masyarakat Tanjung Benoa menyambut baik dan menunggu realisasi rencana tersebut. “Masyarakat sangat berharap ini benar-benar bisa terealisasi, kalau bisa tahun 2020 benar bisa ter-realisasi,” harapnya.

Baca juga:  Pasar Beringkit Tak Layani Transaksi Sapi Belum Vaksinasi

Usulan terkait penataan pantai Tanjung Benoa ini kata Yonda yang juga Anggota DPRD Badung, sebenarnya sudah diusulkan dalam Musrenbang Kecamatan Kutsel pada 2018. Realisasi penataan tersebut rencananya dilaksanakan tahun 2019.

Namun sayangnya rencana penataan tersebut sampai sekarang belum terwujud. Padahal kata dia, Dinas PUPR kabupaten Badung telah turun melakukan survey dan telah menyusun DED. “Kita harapkan penataan tersebut tidak hilang lagi. Di sidang paripurna hal ini akan kita ingatkan kembali,” pungkasnya.

Lingkup penataan yang dimaksud yakni penataan perwajahan pantai, agar terlihat lebih rapi dan memfasilitasi kebutuhan warga. Salah satunya dengan pavingisasi di sepanjang pesisir pantai timur Tanjung Benoa yang berfungsi sebagai batas sempadan pantai.

Baca juga:  Jaringan Bioskop Indonesia akan Buka Kembali, Ini Jadwalnya

Akses jalan setapak tersebut menurutnya sangat diperlukan untuk membatasi lahan hak milik. Sehingga dengan demikian, tidak ada klaim kepemilikan sempadan pantai dan adanya bangunan yang kondisinya offside dari sempadan pantai. “Jalan setapak tersebut juga diperlukan untuk prosesi jalur pengabenan, karena prosesi ngaben di Tanjung Benoa itu melewati sepanjang pantai,” akunya.

Selama ini lanjut Yonda, untuk prosesi ngaben, masyarakat Tanjung Benoa memang melewati pantai. Jika prosesi ini mengambil jalur jalan raya, tentu akan sangat krodit karena lebar jalan terbatas dan kunjungan wisatawan cukup padat. “Selama ini ketiadaan jalan setapak tersebut membuat masyarakat Tanjung Benoa masih kesulitan dalam melintas di pesisir pantai, utamanya dalam membawa ‘bade’ ke setra,” ucapnya.

Baca juga:  Perayaan Galungan Dongkrak Harga Bunga hingga 4 Kali Lipat

Sementara, untuk penataan, pihaknya berharap tidak hanya pada pavingisasi jalan setapak saja. Selayaknya penataan untuk beautifikasi. Baik itu dilengkapi pertamanan, patung dan sebagainya, sehingga membuat kawasan benar-benar indah. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *