Suasana di LPD Desa Adat Anturan. (BP/dok)

Pariwisata adalah sumber kemajuan Bali. Itulah faktanya saat ini. Setelah pariwisata, pertanian dan industri kecil juga menjadi sumbu ekonomi Bali. Ketiganya telah berkontribusi terhadap kemajuan dan kesejahteraan Bali.

Sumbu ekonomi itu, terutama pertanian dan industri kecil, sangat bergantung pada LPD. Lembaga perkreditan desa tersebut telah mampu sebagai roda penggerak ekonomi di pedesaan.

LPD yang dicanangkan Prof. Mantra, rupanya juga menjadi komitmen Gubernur Bali Wayan Koster dengan visinya ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’. Dalam mewujudkan Bali Era Baru, Koster telah mengeluarkan berbagai peraturan dalam pelestarian budaya Bali termasuk penguatan LPD.

Sebagaimana terurai dalam tujuannya, sejak awal berdirinya LPD yang menjadi kebanggaan Bali ini diharapkan mampu mendorong pembangunan ekonomi masyarakat, melalui simpanan yang terarah serta penyaluran modal yang efektif. LPD berdiri sejak tahun 1984, juga diharapkan dapat menciptakan pemerataan dan kesempatan kerja bagi warga pedesaan, melalui usaha-usaha produktif masyarakat setempat yang dibiayai oleh LPD.

Baca juga:  Benahi Manajemen Keselamatan, Pemerintah Harus Tegas

Seiring dengan beberapa prestasi yang telah dicapai, kini setelah menginjak usia yang cukup mapan, LPD mengalami beberapa tantangan. Terutama kalau kita berkaca dan mengacu pada prinsip-prinsip lembaga keuangan yang konvensional.

Selain itu, manajemen LPD juga sering dihadapkan pada kondisi dilematis, antara harus menegakkan aturan di satu sisi, dan berhadapan dengan masyarakat sendiri yang notabene merupakan pemilik LPD di lain sisi.

Mencermati tantangan yang ada dan potensi masalah ke depan maka penguatan lembaga ini merupakan sebuah keharusan. Pendekatan konvensional dalam pengelolaan LPD mestinya bisa dipadukan dengan pendekatan teknologi perbankan. Modernisasi pengelolaan LPD tentu harus dilakukan mengingat pola-pola layanan keuangan kini banyak bergeser ke smart dan praktis.

Baca juga:  Harmoni dalam Keragaman Mengawal Pancasila

Hal lain yang perlu dicermati bersama adalah mengefektifkan dan mengoptimalkan dana yang tak terserap. Manajemen LPD tentu harus lebih inovatif dalam memasarkan dana-dana idle ini. Salah satu caranya mungkin dengan merangsang terbentuknya badan usaha milik desa pakraman. Dengan  badan ini LPD bisa menyalurkan kredit usaha. Jenis badan usaha milik desa pakraman ini tentu bisa disesuaikan dengan aktivitas dan kebutuhan warga desa pakraman.

Untuk bisa mengoptimalkan peran LPD dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat adat adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia LPD. Jiwa kewirausahaan para pengelola LPD perlu terus diasah, agar mereka dapat bertindak sebagai mentor dan panutan dalam inkubator bisnis di tingkat pedesaan.

Perubahan pola pikir (mindset) para insan LPD sangat diperlukan. Inovasi haruslah tetap dilakukan agar LPD dapat menjawab tantangan zaman dan persaingan yang semakin ketat. Selain memikirkan untuk menggali sumber-sumber pendanaan untuk pelestarian dan penguatan budaya Bali, juga harus dipikirkan pengelolaannya secara baik, benar, dan transparan.

Baca juga:  Ini Penyebab Puluhan LPD di Buleleng Macet

Kebudayaan Bali saat ini masih hidup hampir di seluruh pelosok Bali. Pendukung kebudayaan ini sudah tentu manusia Bali. Karena itu, yang perlu penguatan adalah manusia Bali.

Ketiga sumbu ekonomi Bali yang disebutkan di atas; pariwisata, pertanian dan industri kecil harus diberikan kesempatan yang sama. Pemerintah harus memberikan perhatian yang sama, sehingga kemajuan ketiganya bisa sejalan dan seirama.

Maka dengan demikian pembangunan Bali akan dirasakan secara adil oleh seluruh masyarakat. Mereka yang selama ini menjadi pelaku budaya, juga mendapat keberlimpahan ekonomi, setimpal dengan tugas untuk menjaga dan pelestari budaya Bali.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *