Presiden Joko Widodo. (BP/dok)

Presiden Jokowi telah berancang-ancang mewujudkan Indonesia maju pada 2045. Bahkan, Jokowi telah merumuskan ‘’Mimpi Kita’’ yang akan diraih pada usia bangsa ini genap 100 tahun. Ketika itu, kata Jokowi, mestinya Indonesia telah keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah.

Indonesia telah menjadi negara maju dengan pendapatan menurut hitung-hitungan Rp 320 juta per kapita per tahun atau Rp 27 juta per kapita per bulan. Itulah target kita. Target kita bersama.

Mimpi kedua, tahun 2045, Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai US$ 7 triliun. Indonesia sudah masuk 5 besar ekonomi dunia dengan kemiskinan mendekati nol persen. Kita harus menuju ke sana. Ketiga, potensi kita untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah sangat besar. Saat ini kita sedang berada di puncak bonus demografi, di mana penduduk usia produktif kita jauh lebih tinggi dibandingkan usia tidak produktif. Ini adalah tantangan besar dan sekaligus juga sebuah kesempatan besar.

Baca juga:  Membudayakan Gerakan Tanggap Bencana

Mimpi kita 2045 tentu sejalan pula dengan Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 20 Oktober 1928. Sebab, untuk merealisasikan mimpi-mimpi tersebut tidak bisa dilepaskan dari semangat persatuan dan semangat kebangsaan. Sudah bisa dipastikan, kalau semangat itu tidak lagi ada, niscaya mimpi itu takkan terwujud.

Oleh karena itu perjuangan generasi muda untuk meraih mimpi 2045, untuk tetap berkomitmen sesuai janji politik pada tahun 1928 yang dikenal dengan; berbahasa satu bahasa Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan bertanah air satu tanah air Indonesia.

Kegiatan ekonomi suatu bangsa ditentukan oleh faktor internal bangsa. Salah satunya mencakup sumber daya manusia. Kelemahan sumber daya manusia yang kita miliki menyebabkan rendahnya produktivitas dan kapasitas usaha serta lemahnya daya saing. Semua itu berdampak pada tingkat pendapatan masyarakat yang rendah. Demikian pula rendahnya penciptaan lapangan kerja dan memunculkan pengangguran.

Baca juga:  Dunia Pendidikan Sarat Kejutan

Jokowi telah sepakat bahwa generasi mudalah yang menjadi motor penggerak mewujudkan hal tersebut. Pengangkatan sejumlah menteri yang berusia muda, menggambarkan bahwa Jokowi ingin ada gerakan yang cepat. Kita juga bisa lihat, pada Kabinet Indonesia Maju ini, Jokowi lebih banyak mengambil praktisi. Tentu ini dimaksudkan agar para menterinya lebih cepat mengeksekusi dan punya keberanian untuk mengambil risiko dengan cermat.

Tak salah Jokowi mengingatkan kepada menterinya, bahwa mereka tidak perlu punya visi-misi. Sebab, tugas mereka adalah membantu presiden untuk mewujudkan visi-misinya dan janji kampanye yang pernah diucapkan. Itu yang penting.

Saat ini seluruh bangsa di dunia, khususnya bangsa-bangsa yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, dipengaruhi oleh negara-negara industri maju kapitalis melalui proses globalisasi. Di mana globalisasi ekonomi yang ditandai dengan proses liberalisasi perdagangan dan investasi ekonomi pasar bebas, mengharuskan setiap pelaku ekonomi untuk melakukan  perubahan.

Baca juga:  Berharap Ini yang Terakhir

Dampak lebih lanjut adalah memaksa perubahan yang dilakukan oleh setiap pelaku ekonomi di negara berkembang untuk mengarah kepada usaha mengurangi distorsi perekonomian dan meningkatkan efisiensi usaha melalui berbagai kebijakan dalam bidang ekonomi untuk meningkatkan kemampuan bisnis bagi pelaku usaha.

Dalam hal ini pelaku wirausaha milenial yang pada umumnya memiliki kemampuan berinovasi dan berkreativitas dengan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian wirausaha-wirausaha milenial dapat berperan penting dan strategis dalam meningkatkan dan mengembangkan ekonomi kreatif yang berbasis budaya lokal. Inilah yang menjadi harapan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf untuk mewujudkan ‘’Mimpi Kita 2045’’.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *