SEMARAPURA, BALIPOST.com – Kesurupan siswa di SMPN 4 Banjarangkan berulang kali terjadi. Untuk mencegah peristiwa itu terulang lagi, pihak sekolah menggelar ritual macaru di lingkungan sekolah, Jumat (1/11).
Pada saat pelaksanaan upacara, belasan siswa kembali kesurupan. Menyikapi masalah ini, Kepala Disdikpora Klungkung Dewa Gede Darmawan, meminta siswa yang sering kesurupan, agar diistirahatkan dulu di rumah, untuk memulihkan kondisi psikologisnya.
Darmawan menegaskan, ada delapan siswa yang didata paling sering mengalami kesurupan. Mereka diminta jangan bersekolah dulu, agar tidak terus menerus kesurupan.
Ini tidak baik bagi tumbuh kembang mental anak-anak. Dia yakin, setelah pelaksanaan macaru alit ini dan membuatkan palinggih di belakang sekolah, situasi sekolah bisa kembali normal.
Pihak sekolah juga bekerja sama dengan orangtua siswa, agar membantu memulihkan kondisi psikologis anaknya. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar bagi siswa lain bisa tetap berjalan, tanpa terganggu lagi adanya siswa yang kesurupan. “Setelah menempuh upaya niskala, kegiatan yang sifatnya memperkuat karakter, harus diperbanyak di sekolah,” katanya.
Terakhir, peristiwa kesurupan Jumat (1/11), sudah berlangsung sejak pagi. Total ada sekitar 11 siswa terus menerus kesurupan secara bergiliran.
Mengenakan pakaian adat, mereka terus berteriak, ada yang tertawa terbahak-bahak ada pula yang mengamuk, menari sambil menangis histeris. Satu per satu ditangani dengan tirta oleh guru setempat.
Namun, karena tak mempan, ada pula yang dipukul-pukul dengan sebilah bambu guna mengusir roh jahat dari tubuh anak-anak tersebut. Rupanya, cara ini juga tidak terlalu mempan.
Anak-anak yang kesurupan dikumpulkan dalam satu ruangan, sampai jiwanya tenang.
Wakil Bupati Klungkung Made Kasta kembali datang ke sekolah ini, Jumat. Dia sempat mengikuti pelaksanaan ritual macaru, untuk menetralkan lokasi sekitar dari roh-roh yang terus mengganggu para siswa setempat.
Wabup Kasta sempat mengecek kembali ke belakang sekolah, di sekitar alur sungai yang ditengarai menjadi pusat roh-roh gaib. Setelah mengecek palinggihnya, rupanya tindak lanjutnya sedikit berbeda dari arahan dia sebelumnya. “Saya memberikan petunjuk membuat palinggih, maksudnya bukan palinggih seperti ini. Tetapi, cukup seperti bebaturan saja. Karena itu yang mereka inginkan, setelah pohon besar di sekitarnya ditebang,” kata Wabup Kasta yang juga praktisi spiritual ini.
Karena sudah ditangani praktisi spiritual khusus yang ditunjuk pihak sekolah, Wabup Kasta berharap setelah ritual macaru dan membuatkan palinggih, situasi di sekolah segera kembali normal. Sehingga, anak-anak setempat dapat belajar seperti sedia kala.
Kepala SMPN 4 Banjarangkan, Wayan Ngenteg mengatakan pecaruan amanca warna ini digelar untuk memohon keselamatan dan memohon supaya tidak diganggu oleh makhluk astral yang menyebabkan sejumlah siswa putri mengalami kesurupan beberapa hari belakangan ini. “Kami ingin segera mengakhiri masalah ini,” ujarnya. (Bagiarta/balipost)