Foto sejumlah siswa sedang belajar sebelum pandemi Covid-19. (BP/dok)

Oleh Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.

Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang sudah sejak lama menjadi mata pelajaran wajib di sekolah menengah di Indonesia, baik SMP dan SMA. Sejak tahun 1996 Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran muatan lokal di sekolah dasar (SD).

Pengenalan Bahasa Inggris di SD bertujuan untuk memberikan fondasi akuisisi multi bahasa sejak awal kepada peserta didik anak-anak. Teori pemerolehan bahasa juga membuktikan bahwa semakin dini peserta didik diperkenalkan dengan bahasa asing (bahasa target), semakin bagus pula penguasaan mereka terhadap bahasa tersebut.

Di samping itu, usia peserta didik yang tergolong anak-anak (6 sd 12 tahun) merupakan usia emas (golden age) yang mana otak mereka mampu menyerap dengan cepat berbagai pengetahuan kebahasaan yang mengarahkan mereka memperoleh bahasa target yang dipelajari. Oleh karena itu, pengenalan multi bahasa pada usia tersebut menjadi sebuah keniscayaan.

Fakta membuktikan bahwa beberapa tahun terakhir, pembelajaran bahasa Inggris sebagai muatan lokal banyak ditiadakan di SD. Ada beberapa hal yang ditengarai sebagai alasan dari keputusan tersebut. Salah satunya adalah akibat dari nilai pembelajaran peserta didik dalam Bahasa Indonesia lebih rendah daripada nilai Bahasa Inggris.

Fenomena ini dimaknai bahwa peserta didik lebih menyenangi belajar Bahasa Inggris dibandingkan dengan bahasanya sendiri. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan elit pemerintah yang bergelut di bidang pendidikan terkait dengan nasionalisme generasi muda yang akan cenderung terkikis, karena lebih menjagokan bahasa yang menjadi identitas orang atau negara lain.

Baca juga:  SD dan SMP di Bangli Mulai Gelar PTM, Begini Suasananya

Kekhawatiran tersebut tentu berbanding terbalik dengan kemajuan tenologi informasi yang lebih menekankan penguasaan bahasa internasional ini sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan pergaulan dunia. Berbagai akses pengetahuan dan pembangunan jejaring internasional justru menghendaki kompetensi dalam Bahasa Inggris.

Kebingungan yang sering dihadapi pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) tentang apakah perlu tidaknya mengajarkan bahasa Inggris dan seringnya ada undangan mengikuti lomba berpidato bahasa Inggris, baca puisi bahasa Inggris, dan lomba bercerita bahasa Inggris untuk peserta didik SD, namun tidak tersedia guru pengampu pembelajaran bahasa Inggris yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai atau memiliki kualifikasi yang memadai tampaknya akan segera mendapatkan solusi dengan kehadiran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, Bapak Nadiem Makarim.

Meski bukan dari kalangan yang memiliki profesi pendidik, namun memiliki latar belakang pendidikan yang kuat dan tampaknya akan membawa perubahan besar dalam bidang pendidikan. Hal ini terbukti dari pernyataannya bahwa Bahasa Inggris menjadi prasyarat penting yang meski ditekankan dalam pendidikan mulai dari sekolah dasar.

Ditegaskan pula bahwa kefasihan berbahasa Inggris sebagai syarat mutlak untuk kerja sama dan berkompetisi dalam dunia global, yang menjadi dasar keberhasilan kaum generasi milenial.

Dengan adanya indikasi tersebut, tampaknya kurikulum SD dan pengajar yang akan mengimplementasikan pembelajaran termasuk sarana dan prasarana yang memadai perlu direvisi, direvitalisasi, dan difasilitasi untuk menyesuaikan dengan tuntutan kemajuan. Kebijakan pada tataran makro dan mikro pedagogis hendaknya menjadi pemikiran semua pihak agar penanganan pembelajaran Bahasa Inggris di SD tidak hanya sekadar diperkenalkan, namun diajarkan secara lebih profesional oleh mereka yang memang berkompeten di bidangnya, sehingga pembelajaran dilakukan bukan oleh guru kelas, namun oleh guru bidang studi. Tugas guru kelas saat ini menjadi “maha dewa” yang dituntut untuk tahu banyak hal, termasuk Bahasa Inggris, sehingga penanganan pembelajaran Bahasa Inggris menjadi kurang berkualitas.

Baca juga:  Disdikpora Jembrana "Warning" Kepsek : Jangan Ada Pungli PPDB

Kurikulum hendaknya mengatur dengan baik mata pelajaran bahasa Inggris di SD baik dari segi alokasi waktu dan materi yang diajarkan dengan tetap mengacu pada materi yang berisifat nasional dan materi yang bersifat muatan lokal. Standar proses pembelajaran hendaknya juga menjadi perhatian utama, karena mengajar Bahasa Inggris untuk peserta didik anak-anak akan berbeda dengan mengajarkannya kepada orang dewasa.

Pun halnya dengan pengajar, mereka hendaknya memang berasal dari akademisi yang memang dididik di LPTK dalam bidang studi mayor pembelajaran Bahasa Inggris. Bukan hanya itu, mereka juga adalah para guru yang memang dilatih menjadi guru Bahasa Inggris di SD dengan berbagai landasan keilmuan mata kuliah kependidikan terkait Teaching English for Young Learners (TEYL).

Baca juga:  Dokter Terawan Jadi Penasihat Presiden Bidang Kesehatan

Di samping kurikulum dan pendidik, fasilitas juga tidak luput dari perhatian. Fasilitas pembelajaran di SD mestinya disiapkan dengan lebih baik, karena fondasi pendidikan harusnya lebih kuat di tataran pendidikan dasar. Sebab pengembangan keilmuan dan karakter justru terjadi di pendidikan dasar.

Kesuksesan peserta didik dalam belajar suatu bahasa akan sangat didukung oleh fasilitas atau media pembelajaran. Pada zaman teknologi sekarang ini, tentu penerapan teknologi dalam pembelajaran menjadi sebuah kebutuhan.

Oleh karena itu, guru Bahasa Inggris juga dituntut untuk mampu menggunakan media teknologi dalam melaksanakan pembelajaran yang inovatif. Dengan demikian, pembelajaran dapat dikemas dengan lebih menarik dan sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga peserta didik termotivasi belajar dan mampu meningkatkan kompetensinya.

Kebijakan baru untuk pembenahan pendidikan utamanya dalam penanganan pembelajaran Bahasa Inggris di SD memang perlu dilakukan sesegera mungkin agar apa yang menjadi kebingungan berbagai pihak di sekolah segera teratasi. Pencapaian tujuan utama belajar Bahasa Inggris yang menjadi penegasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan baru, yakni kefasihan berbahasa Inggris sebagai bahasa utama di zaman milenial hendaknya dibangun sejak dini, karena landasan pendidikan hendaknya dikokohkan di tingkat dasar agar pada tingkat-tingkat di atasnya pembelajaran menjadi lebih baik dan mapan. Hanya melalui fondasi pendidikan yang hebat bisa membawa Indonesia pada kemajuan pesat.

Penulis, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *