Pariwisata jangan dipaksakan untuk menjadi sama yakni semua bernapaskan agama tertentu. Pariwisata biarkan juga memiliki identitasnya masing-masing, sepanjang menjadi pilihan wisatawan. Jika belakangan wisatawan dominan beragama tertentu itu menurut hemat saya bukan berarti harus menjadi alasan utama untuk menyeragamkan destinasi pariswisata.

Saya berharap, pemerintah punya kepekaan dalam mengelola sektor pariwisata dan mau mendengar aspirasi para pelaku pariwisata. Jangan memaksakan kekuasan untuk mengubah destinasi kepariwisataan.

Baca juga:  Kini, Wisatawan Pilih Tempat yang Beri Pengalaman Beda

Sebagai orang Bali, saya berharap Bali jangan dimodernisasi menjadi destinasi pariwisata yang sama dengan yang lainnya. Biarkan pariwisata Bali tumbuh dengan napas budayanya sehingga Bali tetap memiliki keunikan tersendiri.

Pariwisata budaya bagi Bali saya yakini sebagai rohnya pariwisata nasional juga mengingat selama ini Bali belum tergantikan sebagai destinasi pariwisata favorit di Indonesia bahkan di dunia. Saya juga ingin tahu bagaimana perkembangan 10 Bali baru yang selama ini dijadikan unggulan Kementerian Pariwisata?

Baca juga:  Diprotes, Rencana Retribusi Padangbai Rp 100 Ribu untuk Wisatawan ke Gili Trawangan

Apakah pertumbuhannya sudah mendekati Bali atau malah perlu pendekatan lain dalam membangun pariwisata nasional. Mudah-mudahan pikiran yang jernih mengelola pariwisata  diimbangi dengan profesionalisme. Kalau hanya mengelola pariwisata  hanya dengan ambisi, saya yakin hasilnya tak akan optimal.

I Wayan Arsana

Gianyar, Bali  

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *