Buku "Dharma Bhakti Bapak Tjilik." (BP/san)

TABANAN, BALIPOST.com – Tjilik adalah salah seorang pahlawan asal Singaraja yang lahir pada tanggal 14 Oktober 1918. Tjilik sendiri berarti kecil atau mungil.

Nama ini sebenarnya adalah nama samaran yang dipakai saat menjadi pimpinan gerilya di wilayah Buleleng Timur Tahun 1945-1950 dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tjilik adalah salah seorang pendiri Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP) Provinsi Bali dan beliau menjadi Ketua YKP pertama dari tahun 1951 hingga 1968.

Dalam masa kepimpinannya menurut anak sulung Tjilik, I Wayan Abdi Negara, dibangun Candi Margarana bersama anak-anak asuh yatim piatu dan kemudian dikembangkan menjadi Taman Pujaan Bangsa (TPB) Margarana. “Bapak adalah inisiator pembangunan TPB Margarana, dari membuat desain bangunan, merancang dan melaksanakan pembangunannya,” ujar Abdi Negara.

Baca juga:  Perang Puputan Margarana: Ini Sejumlah Tokoh Sentral dan Perannya

Desain bangunan candi Margarana dibuat bersama-sama almarhum Ida Bagus Kalem, seorang seniman dari Kayu Mas Denpasar. Pekerjaan pembangunan dimulai pada tahun 15 Mei 1954 hingga 20 November 1954.

Tjilik meskipun tidak sempat mengenyam pendidikan yang tinggi, namun dalam perjalanan hidupnya pernah menjabat sebagai anggota MPRS di Jakarta. Ia juga menjabat sebagai anggota panitia persiapan pendirian Universitas Udayana, sebagai pendiri Yayasan Dwijendra, Taman Pendidikan 45 dan STM Nasional.

Baca juga:  Giliran Penebel Dilanda Hujan Es

Jasa lain bagi kemanusiaan adalah mengasuh 298 orang anak yatim piatu korban perang kemerdekaan di Bali. Tjilik tutup usia pada 13 Januari 1992 dalam usia 74 tahun dan disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Curastana Singaraja pada 9 Agustus 1995.

Kisah hidup Tjilik saat ini sudah dituangkan dalam buku yang berjudul “Dharma Bhakti Bapak Tjilik” yang disusun oleh Prof. Wayan Windia, Wayan Sudarta dan Wayan Abdi Negara. Buku ini resmi diluncurkan pada Peringatan Hari Puputan Margarana 20 November 2019.

Baca juga:  Lahirkan Tokoh Pahlawan Baru, Faber-Castell Gelar Kompetisi Sketsa "My Super Hero"

Diharapkan buku ini bisa menjadi cermin bagi generasi baru Indonesia, untuk belajar mengenai arti perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *