Perajin sedang membuat produk kerajinan bambu. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Ekspor kerajinan bambu sudah membaik sejak beberapa tahun terakhir. Sebelumnya ekspor kerajinan bambu sempat lesu hingga membuat perajin memilih beralih profesi. Hal itu diungkapkan salah seorang perajin bambu di Desa Kayubihi, Nengah Setop.

Perajin bambu asal Banjar Kayang ini mengungkapkan, mulai tahun 2004 permintaan barang kerajinan bambu sempat dirasakannya mengalami kelesuan selama beberapa tahun. Hal itu membuat sejumlah perajin bambu sepertinya gulung tikar dan memilih pekerjaan lain. “Pernah, dulu saking sepinya sampai yang singgah ke warung saya saja tidak ada. Kemudian sempat tutup dan cari pekerjaan lain,” ungkapnya, Selasa (26/11).

Baca juga:  Genjot Ekspor Pangan, Pemerintah Diminta Tekan Biaya Kargo Udara

Namun sejak tiga tahunan terakhir, permintaan barang kerajinan bambu mulai membaik dan normal kembali. Permintaan tidak hanya datang dari pasar lokal namun juga dari luar negeri. Namun demikian ia tidak bisa menjelaskan secara pasti penyebab membaiknya permintaan barang kerajinan bambu saat ini. “Yang jelas permintaan sekarang sudah bagus. Sudah ada permintaan dari luar negeri,” ujarnya.

Selama ini, produk kerajinan bambu yang diekspor beragam. Kebanyakan tempat kue. Negara yang jadi tujuan ekspornya diataranya Australia, Prancis, dan Belanda. Produk kerajinannya dibeli untuk dijual kembali di negara tersebut. “Yang ngambil produk saya kebanyakan orang-orang bisnis,” ungkapnya.

Baca juga:  Kuota Data Seumur Hidup Maksimalkan Pengalaman Pelanggan

Jumlah produk kerajinan yang diekspor tidak menentu. Seperti orderan yang diterimanya sekarang, yang mencapai dua container.

Tidak hanya ekspor, pria yang sudah merintis usaha kerajinan bambu sejak tahun 1994 ini juga masih melayani permintaan lokal. Produk kerajinan yang selama ini diserap pasaran local bermacam-macam. Oleh artshop, kebanyakan produk kerajinan buatannya seperti nampan dibeli dalam kondisi setengah jadi. “Nanti oleh artshopnya dihias lagi, diberi hiasan kerang. Saya jual untuk pasar lokal kebanyakan yang setengah jadi, kalau ekspor sudah berupa barang jadi,” jelasnya.

Baca juga:  Gali Sumber Ekonomi Baru, Bali Diharap Ambil Momentum Menguatnya Hubungan Indonesia-AS

Sejauh ini, Setop mengaku tidak menemui kendala berarti dalam menjalani usahanya. Baik permodalan, pemasaran, maupun bahan baku. Untuk menjaga permintaan tetap stabil, ia selalu menjaga kualitas dan ketepatan waktu pengiriman. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *