BANGLI, BALIPOST.com – Di tengah proses relokasi yang masih berjalan, warga korban bencana tanah longsor di Banjar Bantas, Desa Songan, Kintamani difasilitasi BNPB, sejak dua tahun terakhir mengembangkan hasil pertanian lokal menjadi produk olahan bernilai jual tinggi. Produk olahan yang dibuat berupa jeli tomat dan abon ikan mujair.
Sejauh ini warga korban bencana hanya bisa memproduksi produk olahannya secara terbatas berdasarkan pesanan. Produk olahan itu belum bisa masuk ke pasar-pasar modern, karena terkendala izin.
Kasi Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD Bangli Putu Dedi Upariawan, mengakui hal itu Rabu (27/11). Dia mengatakan sementara ini warga korban bencana yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB) Danu Jaya dan KUB Maju Bersama baru bisa menjual produk olahannya berdasarkan pesanan.
Produk olahan mereka belum bisa menembus pasar-pasar modern dikarenakan belum mengantongi izin PIRT. “Saat ini izin PIRT tersebut masih sedang diproses di Dinas Perizinan,” ujarnya.
Rencananya, Disperindag bersama Dinas Koperasi UMKM juga akan memfasilitasi agar produk tersebut bisa masuk ke pasar-pasar modern dan toko oleh-oleh, sebagai oleh-oleh kuliner khas Bangli. “Dari hasil pelatihan yang sempat diselenggarakan salah satu toko modern, produk olahan warga tersebut hanya perlu kelengkapan izin saja. Setelah ada izin, produk mereka siap diserap,” katanya.
Di sisi lain, Dedi mengatakan untuk mengembangkan dan memotivsi Usaha KUB Danu Jaya dan KUB Maju Bersama menjadi wirausaha yang mandiri dan mampu bersaing di pasar pada Selasa (26/11), BPBD Bangli didampingi PT. Global Index Perkasa yang merupakan konsultan dari BNPB RI telah mengadakan rapat koordinasi dan temu bisnis. Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Segara, Kintamani Bangli itu dihadiri Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB RI, Rifai, dan jajarannya. (Dayu Swasrina/balipost)