KLATEN, BALIPOST.com – Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dikenal sebagai penopang pangan nasional. Ini karena Klaten merupakan penghasil beras yang cukup dikenal di Indonesia.

Bahkan, mereka mampu memiliki bibit khas sendiri. Hasil produknya cukup populer di pasar modern, yakni dengan nama Beras Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar.

Selain identitasnya sebagai penghasil pangan nasional, Klaten kini muncul sebagai pengelola BUMDes yang sukses. Bahkan, pengelolaan satu BUMDes mampu menghasilkan pendapatan Rp 16 miliar per tahun, sehingga dinobatkan sebagai BUMDes terbaik nasional.

BUMDes itu lahir dari Desa Ponggok. Sebuah desa yang penuh dengan ide kreatif di Kecamatan Polanharjo.

BUMDes ini diberi nama Tirta Mandiri dengan wisata unggulannya, Pesona Air Umbul Ponggok. Setiap hari, objek ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Sejak pagi, aktivitas warga tak pernah sepi sampai sore.

Sepintas, objek wisata ini terlihat biasa saja, seperti wisata tirta lain di Bali. Tetapi, yang unik dari tempat ini adalah wisatawan bisa berfoto di bawah air.

Tidak hanya berfoto selfie biasa, layaknya kegemaran kaum milenial. Tetapi, berfoto di bawah laut ini juga dilengkapi dengan berbagai properti.

Baca juga:  Belum Ada Kepastian, Kaji Ulang Pelabuhan Gunaksa

Properti itu misalnya sepeda motor, meja, kursi dan lainnya, sesuai konsep yang diinginkan wisatawan. Pokoknya suka-suka. Bahkan, ada berfoto sambil main laptop, sambil naik motor, berfoto dengan pasangan, foto prawedding, dan aneka konsep foto lainnya.

Ini terlihat menarik dan unik, sehingga banyak diminati wisatawan. Untuk hasil foto yang maksimal, tempat ini juga menyediakan fotografer sendiri. “Permintaan wisatawan memang kadang aneh-aneh. Sedapat mungkin bisa kami penuhi. Mungkin fotonya agar bisa viral,” kata Direktur BUMDes Tirta Mandiri, Desa Ponggok, Joko Winarno kepada Bali Post, Kamis (28/11).

Pengelolaan BUMDes Ponggok dengan Pesona Air Umbul Ponggok ini, mampu menggerakkan ekonomi desa. Bahkan, mampu memberdayakan warga sekitar dengan membuka banyak aspek lapangan pekerjaan.

Selain itu, fasilitas pendukungnya juga terus tumbuh. Seperti penginapan dan sarana konsep foto lainnya. Satu bulan saja, wisata air Umbul Ponggok ini mampu menghasilkan Rp 400 juta sampai Rp 600 juta.

Baca juga:  Pemilih Belum Memiliki E-KTP Tersisa 161.024

Sehingga, total dalam setahun BUMDes ini mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp 16 miliar. Sebuah angka fantastis yang mampu dihasilkan oleh usaha seperti BUMDes.

Meski kini cukup dikenal luas, pengelolaan Wisata Air Umbul Ponggok ini, juga mengalami pasang surut. Berdiri sejak 2009, tempat wisata ini baru naik daun setelah 2013, ketika era media sosial mulai akrab bagi masyarakat Indonesia.

Sejak saat itulah, tempat ini terus tumbuh dan berkembang, menjadi wisata andalan bagi Klaten.

Sekda Klaten Jaka Sawaldi, mengatakan total ada sebanyak 300 BUMDes, dari 26 Kecamatan dan 401 desa di Klaten. Namun, dari BUMDes sebanyak itu yang aktif hanya sekitar 150 BUMDes.

Tujuh BUMDes di antaranya sudah dianggap maju, termasuk BUMDes Ponggok. Sedangkan, 14 di antaranya kini sedang berkembang mengikuti jejak Desa Ponggok.

Pihak Pemkab Klaten, kini sudah membentuk forum Komunikasi BUMDes, agar bisa saling berkomunikasi dan saling berbagi kiat sukses bangun BUMDes. “Sekarang karena desanya sudah maju, desa setempat juga mensubsidi keluarga yang anaknya sedang kuliah. Melalui program satu KK satu sarjana,” tegasnya.

Baca juga:  Jangan Hanya Andalkan Pariwisata, Pemprov Diminta Beri Anggaran Lebih untuk Sektor Pertanian

Mendengar paparan tersebut, Wabup Kasta, mengatakan capaian BUMDes Tirta Mandiri Ponggok sangat luar biasa. Kiat sukses pengelolaan desa setempat perlu ditiru dan dimodifikasi di Klungkung, untuk bersama-sama membangun BUMDes.

Pihaknya sudah mengundang Joko Winarno untuk datang langsung ke Klungkung. “Semoga dengan ini, kita menemukan inspirasi baru untuk mengelola potensi desa secara mandiri melalui BUMDes. Kebetulan di Klungkung, BUMDes kita belum ada seperti Ponggok,” tegasnya.

Kepala Dinas Pariwisata Nengah Sukasta, mengatakan Klungkung saat ini memiliki 20 desa wisata yang dikelola di bawah BUMDes. Saat ini permasalahan utamanya memang kemandirian mengelola potensi objek wisatanya.

Selain itu, juga masih berkutat pada persoalan status aset tanah yang menyulitkan pemerintah daerah untuk membantu. Pihaknya berharap, kunjungan ini memberikan solusi baginya untuk menciptakan banyak jalan keluar bagi BUMDes di Klungkung untuk berkembang dan maju layaknya milik Desa Ponggok. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *