DENPASAR, BALIPOST.com – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI I Gusti Ayu Bintang Darmawati atau Bintang Puspayoga mengaku sering melow bila membicarakan perempuan dan anak. Ia bahkan mengaku tidak mempunyai kekuatan untuk tidak menunjukkan kelemahannya ini.

Apalagi melihat masih banyaknya kasus kekerasan perempuan dan anak yang terjadi di Indonesia. Khususnya saat ia pertama kali melakukan kunjungan kerja ke NTT. “Kondisi perempuan dan anak di wilayah timur sangat memprihatinkan, perlu uluran tangan kita,” ujarnya dalam acara Temu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI di Wantilan Gedung Pers Bali K. Nadha, Denpasar, Sabtu (30/11).

Baca juga:  Skor MCP di Bangli Peringkat Terbawah se-Bali

Menurut Bintang, setiap harinya ia tidak pernah tidak menerima aduan terkait kekerasan perempuan dan anak. Hal yang membuat miris adalah pelaku kekerasan itu sendiri merupakan orang terdekat bahkan orang yang harusnya dihormati.

Di wilayah timur, kasus-kasus kekerasan tersebut justru hanya diselesaikan dengan adat dan tidak sampai dibawa ke ranah hukum. Padahal, pihaknya berharap pelaku ditindak secara hukum tanpa ada negosiasi untuk memberikan efek jera.

Baca juga:  Dorong Dunia Usaha Lebih Giat, Manajemen UMKM Harus Ditata

Seperti halnya di Bali, kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak sudah sangat sigap ditangani dan pelaku diberikan sanksi oleh aparat terkait. “Mudah-mudahan Bali bisa menjadi pilot projects penurunan kekerasan perempuan dan anak, serta pemberdayaan perempuan di segala lini,” imbuhnya.

Dalam Temu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Bintang Puspayoga diberikan kejutan berupa perayaan ulang tahunnya yang dirangkai ultah Tabloid Tokoh. Bintang pun nampak terharu dengan kejutan ini.

Baca juga:  Srikandi PLN Gandeng Menteri PPPA Kawal Pemberdayaan Perempuan Penyintas KDRT

Sebagai perempuan Bali pertama yang menjadi menteri di kabinet, Bintang tidak hanya berharap dukungan doa. Tapi juga implementasi nyata untuk membantu mewujudkan pemberdayaan perempuan dan pemenuhan hak-hak anak.

Mengingat, indeks pembangunan perempuan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki. Demikian juga dengan indeks pembangunan gender, yang walaupun terus meningkat setiap tahunnya, tapi grafiknya masih jauh dari harapan. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *