DENPASAR, BALIPOST.com – Memperingati Hari Anak Internasional sekaligus Hari AIDS Sedunia, Yayasan Lentera Anak Bali (LAB) menggelar kampanye stop kekerasan pada anak dengan tema ”Anak Bukanlah Objek Kekerasan Orangtua”. Acara yang bekerjasama dengan WHDI Bali, LBH APIK, PDSKJI Bali dan Duta Orchild ini digelar Minggu (1/12) di wantilan Gedung Pers K. Nadha.
Ketua Yayasan Lentera Anak Bali, Dr. dr. A.A. Sri Wahyuni, SpKJ mengatakan kekerasan pada anak tidak hanya sekedar fisik tetapi juga mental. Semua ini biasanya berawal dari lingkungan keluarga yaitu orangtua.
Pada kegiatan kampanye stop kekerasan pada anak, pihaknya berfokus pada anak-anak ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). ”Mereka kebanyakan terinfeksi dari orangtuanya yang positif. Ini juga termasuk kekerasan fisik untuk anak-anak. Dimana mereka sebenarnya tidak bersalah dan tidak tahu apapun tetapi harus mendapatkan virus dari orangtuanya,” ujar Wahyuni.
Anak-anak ODHA lanjutnya rata-rata memiliki rasa percaya diri yang rendah dan kemampuannya belajar sedikit lambat. Mereka tidak berani untuk menujukkan bakat yang dimiliki dan cenderung menarik diri.
Inilah yang kemudian diupayakan Yayasan Lentera Anak Bali yaitu meningkatkan rasa percaya diri mereka. Bahwa mereka seperti anak kebanyakan yang sehat dan memiliki hak yang sama. ”Untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka, kita kerap mengadakan pertemuan rutin. Membacakan cerita, menggambar atau hanya sekedar bercerita antara anak-anak ODHA,” ujar Sri.
Hasilnya, anak-anak ini mulai meningkat rasa percaya dirinya. Mereka juga sudah mulai kreatif dan berani untuk tampil.
Selain meningkatkan rasa percaya diri anak ODHA ini, pihak Yayasan Lentera Anak Bali juga meningkatkan kesehatan fisik mereka dengan memastikan anak-anak ini rutin meminum obat ARV. Untuk ini digandeng Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Tunas Fajar Bali.
Menurut konselor dan pendamping KDS Tunas Fajar Bali, Made Putri di dalam KDS ini pada prinsipnya membentuk dukungan moral kepada anak-anak ODHA. Mereka saling menguatkan dan menumbuhkan kepercayaan diri antara teman sebaya yang senasib.
Dalam KDS ini juga didorong motivasi agar mereka minum obat ARV secara teratur. Dikarenakan masih anak-anak, tentu dilibatkan orangtua atau wali anak-anak tersebut. ”Jadi selain anak-anaknya yang berkumpul, para wali maupun orangtuanya juga ikut sharing. Mengenai masalah mereka saat memberikan obat tepat waktu pada anaknya dan bagaimana bagaimana pemecahannya,” ujar Putri.
Menurutnya pemberian ARV yang teratur dan tepat waktu akan menjaga anak-anak ODHA ini tetap sehat dan tidak jatuh ke taraf AIDS yang rentan terinfeksi penyakit dan mengalami penyakit komplikasi. Jika teratur minum ARV, maka keberadaan virus HIV bisa ditekan dan anak-anak bisa beraktifitas sehat dan normal. ”Disinilah susahnya. Sebab, karena masih anak-anak terkadang sulit memberikan obat tepat waktu. Jadi lewat KDS kita motivasi para orangtua dan walinya agar anak-anak meminum obatnya rutin tanpa terlambat,” jelas Putri.
Sementara itu pada kegiatan kampanye stop kekerasan pada anak yang digelar Minggu (1/12), selain diramaikan dengan acara sulap dan mendongeng, anak-anak juga dilibatkan dengan lomba seperti lomba mewarnai dan lomba bercerita. (Wira Sanjiwani/balipost)