Bupati Giri Prasta (kiri) dan Wabup Suiasa. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Refleksi Akhir Tahun 2019 Kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Badung selain capaian indeks kehidupan kemasyarakatan Badung di 2019 diantaranya indeks pembangungan gender, indeks kerukunan umat, survey kepuasan masyarakat dan indeks kebahagiaan yang cenderung meningkat, indeks pembangunan manusa (IPM) di Badung pun mengalami peningkatan. Bahkan IPM Badung di tahun 2017 dan 2018 termasuk kategori sangat tinggi.

Sedangkan Umur Harapan Hidup (UHH) sebagai salah satu dimensi dasar pembentukan IPM di Kabupaten Badung, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), UHH Badung berada pada angka 74,71 di tahun 2018 meningkat dari tahun 2017 pada angka 74,53. Bahkan angka di tahun 2017 dan 2018 tersebut merupakan yang tertinggi di Bali. Demikian disampaikan Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa saat mendampingi Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dalam Jumpa Pers yang berlangsung di Ruang Rapat Rumah Jabatan Bupati Kawasan Puspem.

Baca juga:  Jadi Sorotan, Sejumlah Kendaraan Dinas Pemkab Badung Terbengkalai dan Ditumbuhi Semak Belukar

Sedangkan terkait dengan IPM, berdasarkan data dari BPS Kabupaten Badung, perkembangan IPM Badung semenjak kepemimpinan Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dan Wakil Bupati I Ketut Suiasa setiap tahun mengalami peningkatan, dimulai tahun 2015 dengan nilai 78,86 selanjutnya tahun 2016 meningkat menjadi 79,80, tahun 2017 pada angka 80,54 dan terakhir tahun 2018 pada angka 80,87. “IPM Badung tahun 2017 dan 2018 pada angka diatas 80 merupakan angka yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dan ini data dari BPS, bukan kami mengukur sendiri. Secara umum, pembangunan manusia Badung terus mengalami peningkatan dan kemajuan selama periode 2015 hingga 2018,” jelasnya.

Baca juga:  Sukseskan Pemilu 2024, Bupati Giri Prasta Ajak Warga Beri Data Akurat ke Pantarlih

Meningkatnya IPM Kabupaten Badung menurut Suiasa merupakan salah satu indikator yang mencerminkan keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia atau masyarakat Badung. Karena IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. “Apa yang kami programkan selama ini dalam mendampingi Bapak Bupati sudah mampu menyentuh harkat hidup masyarakat Badung yang muaranya berdampak pada meningkatnya IPM masyarakat kami di Badung ini,” tegasnya seraya mengatakan IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang.

Baca juga:  Belasan Anak Panti Asuhan Dapat Adminduk

Menurut data BPS, IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan standarisasi nilai minimum dan maksimum dari masing-masing komponen indeks. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian. IPM diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan metode penghitungannya direvisi pada tahun 2010. BPS mengadopsi perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan backcasting hingga tahun 2010. (Adv/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *