GIANYAR, BALIPOST.com – Banyak pasien yang harus antre untuk menunggu jadwal operasi di RSUD Sanjiwani. Padahal, puluhan orang kondisinya kritis, namun mesti bersabar hingga 2020. Keluhan terkait pelayanan ini sampai ke DPRD Gianyar.
Menurut anggota Komisi IV DPRD Gianyar Ngakan Ketut Putra, pihaknya mendapatkan banyak keluhan dari pasien soal pelayanan di RSUD Sanjiwani. Khususnya layanan operasi yang jadwalnya terlampau panjang. “Banyak warga yang mengeluh. Mereka antre jadwal operasi dari tahun ini sampai 2020,“ ujarnya, Minggu (8/12).
Politisi Dapil Gianyar diberikan penjelasan oleh pasien terkait langkanya dokter bedah penyakit dalam (onkologi) seperti tumor dan kanker. Oleh karena itu, pihaknya minta pihak rumah sakit mengupayakan penambahan dokter. “Kami sudah minta dan pihak rumah sakit sudah mengupayakan, tetapi dokternya memang langka,“ katanya.
Soal banyaknya dokter PNS yang justru sibuk praktik di rumah sakit swasta atau klinik pribadi, Ketua Fraksi Indonesia Raya DPRD Gianyar itu minta pihak rumah sakit umum mengambil sikap. Harus ada teguran kalau ada yang demikian. RSU mesti diprioritaskan, tidak boleh dinomorduakan.
Dirut RSUD Sanjiwani Dr. Ida Komang Upeksa mengakui pihaknya kekurangan dokter bedah onkologi karena dokter spesialis ini memang langka. “Kalau dokter bedah kami cukup, yang kurang dokter bedah onkologi. Jarang orang berminat, pendidikannya lama,” jelasnya.
Kondisi tersebut menyebabkan banyak pasien yang antre lama untuk mendapat pelayanan. Bahkan, yang namanya masuk tahun ini harus antre sampai 2020. Jumlah pasien yang antre ini pun cukup tinggi hingga 50 orang. Puluhan pasien itu menderita sakit kanker hati, kanker lambung dan sejenis kanker ganas lainnya.
Guna mengatasi kelangkaan dokter onkologi untuk menangani pasien itu, pihaknya sudah berupaya mencari SDM. “Ada dokter bedah umum baru tamat, saya akan langsung terima di sini, tapi nanti dia harus cari konsultan bedah onkologi. Kami juga adakan seminar terkait onkologi, jadi jika ada kasus kami ambil bersama,” sebut Komang Upeksa. (Manik Astajaya/balipost)