DENPASAR, BALIPOST.com – Produk teh herbal ternyata kini banyak diminati. Bahkan permintaan ekspor terhadap produk ini cukup tinggi.
Menurut salah satu konsultan produsen teh herbal, Ida Ayu Kencanawati, produk teh banyak permintaannya dari luar negeri. Salah satunya, Made Tea. Produk asal Peliatan Gianyar milik Made Roni ini sudah banyak permintaan untuk ekspor, seperti dari Abu Dhabi, Dubai dan Malaysia.
Sayangnya, lanjut Kencanawati, permintaan ekspor ini terkendala bahan baku. Sebab, standar kualitas yang mereka tetapkan untuk bahan baku belum bisa dipenuhi oleh petani lokal.
Diterangkannya Made Tea merupakan teh yang tidak hanya dibuat dari daun teh tetapi campuran bunga dan daun lainnya, seperti bunga gumitir, bunga ratna hingga daun kelor. Sebelum meluncurkan produk itu, menurut Kencanawati, pemilik Made Tea sempat belajar dulu cara pembuatan teh di Eropa selama tiga tahun. “Produk ini bahkan mendapatkan penghargaan Internasional di Paris dan Singapura,” ujarnya.
Produk ini, terangnya, tidak sekedar teh biasa tetapi memiliki manfaat kesehatan karena mengandung bahan-bahan alami yang mengandung zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh. Selain bunga dan daun-daunan, juga ada teh dengan campuran jahe serta serai. “Semuanya ini sudah uji lab sehingga manfaatnya pasti dan aman. Setiap kita meluncurkan produk pasti uji lab dulu dan kami sangat didukung oleh Dinas Kesehatan Gianyar,” papar Dayu.
Ia menambahkan saat ini pihaknya sedang mengurus ijin dari BPOM serta sertifikat halal. Sebab, banyak permintaan ekspor dari Abu Dhabi dan Dubai.
Untuk bahan baku sendiri, pihaknya menggandeng petani lokal yang ada di Bali. Sementara untuk daun teh didapatkan dari Jawa Barat.
Ia mengaku, standar kualitas bahan baku dari petani inilah yang sulit untuk dipenuhi. Misalkan, untuk bahan baku bunga. Pihaknya memerlukan bahan baku yang bebas dari pestisida.
Sayangnya, masih ada petani yang memakai pestisida selama melakukan penanaman bunga. “Kami biasanya menanam bunga sendiri. Namun seiring dengan semakin banyaknya permintaan, kami menggandeng petani lokal. Sayangnya, masih ada petani yang belum bisa memenuhi stadar kualitas bahan baku yang kami inginkan,” jelas Dayu.
Pihaknya juga mendapatkan permintaan cukup banyak dari Malaysia untuk teh daun kelor. Sayangnya untuk memenuhi permintaan ini terkendala bahan baku. Sebab, daun kelor yang ada di daerah Bali dan Lombok tidak sesuai standar dalam hal kehijauan daun dan kesegarannya. “Masih banyak yang kuning dan agak layu. Ada standar yang bagus di Jawa Barat tetapi harga jual nya mahal,” papar Dayu.
Mengenai harga jual, Made Tea dijual dengan harga Rp 75 ribu ke atas. Selain dilirik ekspor, produk ini sudah masuk swalayan-swalayan besar. (Wira Sanjiwani/balipost)