Suasana di Pantai Sanur. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Beberapa hari belakangan ini, suhu udara di Denpasar terasa sangat panas hingga mencapai 37°C. Bahkan, saat malam pun masih terasa gerah.

Kondisi ini juga dialami warga Nusa Penida dan beberapa daerah lainnya di Bali. Padahal, seharusnya Desember telah memasuki musim hujan.

Prakirawan BBMKG Wilayah III Denpasar, Diana Hikmah, mengatakan bahwa kondisi ini disebabkan karena posisi matahari yang masih berada di wilayah belahan bumi selatan. Energi/sinar matahari yang diterima menjadi lebih banyak daripada di belahan bumi utara. Sesuai dengan sifat material, daratan lebih cepat menyerap dan melepas panas, sehingga di siang hari penyinaran matahari yang diserap daratan menjadi lebih tinggi.

Baca juga:  Dibantah, Kompleks Parlemen Disebut Episentrum COVID-19 Karena Seratusan Orang Terpapar

Sedangkan sifat lautan yang lambat menyerap panas menyebabkan pada malam hari lautan akan melepaskan panas yang diterimanya ke atmosfer. “Itulah mengapa pada malam hari, gerah atau panas juga tetap dirasakan,” tandasnya saat dikonfirmasi, Selasa (10/12).

Dijelaskan, secara umum masuknya musim penghujan di wilayah Bali memang tidak selalu sama. Hal ini karena kondisi geografis tiap wilayah yang berbeda-beda.

Wilayah Bali bagian tengah, seperti Tabanan, Badung dan Gianyar bagian utara akan lebih dahulu memasuki musim penghujan, diikuti oleh wilayah lainnya. Sedangkan yang terakhir memasuki musim penghujan adalah Nusa Penida dan Buleleng bagian barat. Musim hujan secara umum di Indonesia dan khususnya wilayah Bali mengalami keterlambatan.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Kembali Capai Rekor

Terlambatnya musim hujan di wilayah Indonesia termasuk Bali disebabkan, Angin Timuran masih dominan, di mana massa udara kering dari benua Australia masih mempengaruhi wilayah Bali. Selain itu, adanya Fenomena DM (Dipole Mode) positif, yaitu anomali suhu muka Laut Samudera Hindia tropis bagian barat lebih besar daripada di bagian timurnya.

Oleh karenanya, temperatur air laut di pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat mengalami peningkatan dibandingkan di sebelah barat Sumatera, sehingga aliran massa udara basah bergeser menuju pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat.

Baca juga:  Waspadai Potensi Gelombang Tinggi di Selatan Bali

Berdasarkan data BMKG, suhu maksimum di Bali pada bulan Desember 2019 tercatat di Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar mencapai 37C dan minimum tercatat 21C di Pos Kahang-Kahang. “Kondisi ini diprakirakan masih dapat terjadi hingga bulan Maret 2020 mendatang,” pungkasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *