MANGUPURA, BALIPOST.com – Berkarya bagi pematung Ketut Putrayasa tak sekadar ungkapan kritik semata. Melalui karya seni, Putrayasa, pria asal Banjar Tandeg, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara ini mencoba menerjemahkan konstelasi politik kekinian.
Seperti dalam karya seni instalasinya berjudul “Untouchable” atau tak tersentuh, yang sedang digelar dalam pameran Perupa Mangurupa, di Bentara Budaya Bali. Pameran itu mengangkat tema Suistainability Spirit of Art in Bali.
Putrayasa mengajak audiens untuk bernalar dalam membaca sebuah persoalan kekuasaan dalam warna oligarki yang bermanifestasi menjadi sebuah rezim dalam setiap zamannya. Putrayasa menjelaskan, karya ini menghadirkan ikonik seperti helm di atasnya terdapat sebuah pistol dan dibungkus alat kontrasepsi (kondom).
Dijelaksan karya ini awalnya dibuat pada saat konstelasi politik yang karut-marut di Indonesia. “Saya hadirkan ikonik. Helm identik dengan kekuasaan, sedangkan pistol mencerminkan sebuah makna yang mana di dalam menjalankan regulasi seharusnya dijalankan dengan lurus, tegas dan bertanggung jawab. Sedangkan kontrasepsi cerminan atau representasi dari protektor dan permainan, yakni kekuasaan dalam membuat regulasi, tetapi regulasi itu hanya berlaku di kalangan bawah dan hanya melindungi para kaum elite,” ujarnya.
Karyanya berjumlah 4 buah dipajang berjejer, berdampingan dengan puluhan karya seniman Badung sebanyak 30 perupa. Pameran berlangsung mulai 30 November hingga 11 Desember 2019. (kmb/balipost)