AMLAPURA, BALIPOST.com – Musibah kebakaran tidak kunjung berhenti. I Wayan Sukerni asal Banjar Galih, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, hanya bisa pasrah melihat rumahnya dilalap api, Jumat (13/12). Kejadian ini membuat keluarganya tidak memiliki tempat tidur dan menderita kerugian materiil ratusan juta rupiah.
Kasi Dalop dan Penyelamatan Damkar Karangasem I Wayan Putu Darma Kartika mengaku menerima laporan terjadinya kebakaran sekitar pukul 10.30 Wita dan sampai di lokasi untuk melakukan penanganan pukul 11.18. Tiga unit mobil damkar dan 11 petugas diterjunkan untuk memadamkan api.
“Kami sedikit terkendala selang, karena jarak kebakaran dengan jalan raya cukup jauh, sekitar 100 meter ke dalam. Kami mesti menunggu selang dari Pos Selat. Setelah berjibaku selama 40 menit, api akhirnya dapat dipadamkan,” sebutnya.
Menurutnya, penyebab kebakaran belum ketahui secara pasti, apakah akibat korsleting listrik atau HP meledak. ”Anak pemilik rumah ngecas handphone di kamar, kemungkinan itu bisa terjadi. Untuk pastinya, masih diselidiki,” tegas Kartika.
Sukerni menuturkan, sebelum rumahnya terbakar dirinya sedang tidur. Tiba-tiba ia mendegar suara ledakan keras. Dia langsung bangun dan membuka pintu. Dari luar dilihatnya api dan asap cukup besar. “Saya lalu lari ke dapur mengambil air untuk memadamkan api. Tetapi air itu tidak cukup, karena api terus membesar,” jelasnya.
Anak Sukerni yakni Wayan Sudiarna saat kejadian tidak ada di rumah karena sedang bekerja. Setelah mendapat informasi rumahnya terbakar, ia segera pulang. Rumah yang terbakar terdiri atas tiga ruangan yang ditempati ayahnya dan ibunya, dirinya dan kamar tamu.
“Surat-surat tanah, ijazah, cengkeh 150 kilogram ikut terbakar. Termasuk dua cincin dan dua anting-anting emas tak bisa diselamatkan. Kerugian materiil akibat kejadian ini mencapai ratusan juta rupiah,” tutur Sudiarna.
Musibah ini membuat dirinya bersama anak, istri dan orangtuanya kebingunan mencari tempat tidur. Pasalnya, rumah yang terbakar merupakan satu-satunya bangunan yang bisa ditempati. “Hanya ada dapur. Saya minta bantuan kerabat dan tetangga untuk membuat tempat tidur sederhana,” katanya. (Eka Parananda/balipost)