MANGUPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Kuta, Senin (16/12) menggelar upacara pecaruan sasih dan Nangluk Merana. Upacara ini mengandung makna untuk mohon kerahayuan jagat, agar tidak ada bencana.

Menurut Bendesa Adat Kuta, Wayan Wasista, upacara ini digelar pada setiap Kajeng Kliwon sasih keenam dalam kalender Bali, karena pada sasih ini biasanya disebut dengan sasih merana. Seperti diketahui, pada sasih ini biasanya terjadi wabah mengingat adanya musim pancaroba atau peralihan, sehingga banyak timbul penyakit.

Baca juga:  Pemulihan Pariwisata, Tanah Lot akan Gelar Okokan Kolosal

“Kita mohon dan haturkan Pelaba, kemudian nunas kerahayuan sehingga masyarakat mohon kepada Sang Hyang Widi agar diberikan kemakmuran dan terhindar dari hal yang negatif,” katanya saat ditemui di sela-sela prosesi.

Menurut Wasista, kegiatan ini dilaksanakan setia tahun sekali, setiap Kajeng Kliwon sasih ke-6 penanggal Bali. Upacara ini, kata dia, sudah turun temurun. Bahkan dari Banjar Adat Pelasa sudah turun temurun melaksanakan.

Dijelaskan, upacara ini diawali dari Catus Pata, kemudian dilanjutkan dengan prosesi mendak pakuluh Ida Betara. Kemudian, masing-masing pelawatan yang ada di lingkungan Desa Adat Kuta, yang berjumlah 7 pelawatan Barong, termasuk pelawatan Ketaksoon. Dengan melibatkan 13 Banjar yang ada di wilayah Desa Kuta.

Baca juga:  Desa Adat Jegu Gelar Upacara “Nangluk Merana”

Sebelumnya upacara diawali dari batas-batas, yakni ada batas Kaler (Banjar Plasa) pelawatan (Banjar Pande Mas) kemudian Banjar Pemamoran, untuk di Selatan ada Pura Tanjung Pikatan (Banjar Segara). Sedangkan di Tengah ada Pura Pelawatan dari Puri Dalem Satriya Kaleran. Setelah Selesai upacara di Catus Pata, pertigaan dan perempatan, dilanjutkan pelawatan ratu ayu menuju ke Pura Dalem Khayangan.

Tidak hanya krama Desa Adat Kuta, kata Wasista, berdasarkan surat dari Desa Adat, masing-masing hotel yang di Kuta yang memiliki periangan, juga melaksanakan Upacara pakeling matur piuning secara sendiri. Kemudian di lebuh atau depan pintu masuk usaha mereka juga dipasang sangah cucuk. “Di sana ada upacara alit dan sor ada segehan cacah,” bebernya. (Yudi Karnaedi/balipost)

Baca juga:  "Nangluk Merana" Zaman Kekinian
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *