DENPASAR, BALIPOST.com – Memburuknya ekonomi global membuat pelaku usaha harus bersiap menghadapi tantangan pada tahun depan. Guna memperkuat ketahanan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional menuju Indonesia maju, Bank Indonesia pun memberikan sejumlah strategi.
Menurut Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan (BI KPw) Provinsi Bali Trisno Nugroho pada 2019 merupakan tahun yang penuh tantangan sehingga di tengah upaya RI mendorong momentum pertumbuhan perekonomian nasional, ekonomi global bergerak penuh ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun dinilai belum akan pulih di tahun 2020. Hal ini dipicu ketegangan perang dagang Amerika dan China.
Kebijakan moneter juga belum tentu efektif mengatasi dampak buruk perang dagang. “Bank Indonesia tidak bisa sendiri menangani itu, perlu sinergi, bauran kebijakan nasional dan internasional baik dalam stimulus fiskal maupun reformasi ekonomi di sektor riil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya saat acara Pertemuan Tahunan BI KPw Bali Senin (16/12).
RI perlu mengundang investasi dan promosi untuk menarik modal asing ke Indonesia mengingat volatilitas arus modal asing masih terus berlanjut. Digitalisasi ekonomi dan keuangan meningkat sangat pesat.
Teknologi digital telah merombak secara mendasar proses produksi dalam era industri 4.0. Teknologi digital juga mengubah perilaku manusia, baik sebagi konsumen maupun tenaga kerja.
Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak kondusif di 2019 ini, kinerja dan prospek ekonomi Indonesia cukup baik meskipun sedikit melambat. Ke depan bauran kebijakan BI dan pemerintah diharapkan mampu mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di kisaran 5,1 persen di tahun 2019, meningkat dalam kisaran 5,1 – 5,5 persen pada tahun 2020.
Inflasi diupayakan tetap terkendali sesuai dengan sasaran yaitu 3,5 persen plus minus 1 persen. Tahun 2020, target inflasi menurun 3 plus minus 1 persen.
Demikian juga kinerja ekonomi Bali tahun 2019 masih tumbuh kuat. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang resilien dan berada di atas pencapaian ekonomi nasional. “Pertumbuhan Bali tahun 2019 cukup kuat. Diharapkan 2020 juga semakin kuat,” ujarnya.
Kegiatan pemilu dan stimulus fiscal di awal tahun tetap mendorong tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT), konsumsi pemerintah. Sebagaimana kondisi nasional, ekspor Bali juga terdampak kondisi perekonomiam global. Investasi masih tertahan yang diakibatkan oleh sikap wait and see pelaku usaha.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati ditemui usai mengikuti pertemuan tahunan BI menyampaikan, meski ekonomi Bali dalam tantangan besar, namun diharapkan inflasi tidak naik sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga. Masalah distribusi dengan dibangunnya jalan infrastruktur termasuk yang ke Buleleng, yang menjadi salah satu indikator penghambat, telah bisa ditekan.
Penyelenggaraan proyek – proyek yang khususnya berasal dari APBD dan APBN sudah direalisasikan ke depan bahkan sudah di Sukawati dan tahun depan ada beberapa proyek akan dilaksanakan. “Itupun sudah direncanakan ke depan sehingga tidak terjadi penumpukan anggaran di akhir tahun. Sehingga diharapkan daya beli masyarakat sepanjang tahun dapat tetap terjadi,” tandasnya.
Dari sisi sumber pertumbuhan ekonomi Bali, Pemprov Bali telah mengarah ke quality tourism untuk mendapatkan wisatawan berkualitas. “Kita agak selektif. Kita tidak melihat dari sisi angka tapi kita melihat dan mengarah ke quality tourism ke depannya,” ungkapnya.
Upaya yang dilakukan dengan bekerjasama dengan Polda Bali dan pencegahan di hulu yaitu dari negara asal wisman tersebut. Diharapkan dengan nanti harga wisata ke Bali yang lebih bagus, wisman yang datang akan terseleksi. Dikatakan amenity industri sudah bagus, namun diakui infrastruktur dalam beberapa hal masih tidak memungkinkan industri menaikkan harga.(Citta Maya/balipost)