Oleh I Kadek Darsika Aryanta
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selaras dengan tujuan pendidikan tersebut maka arah perkembangan pendidikan di Bali juga harus mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
Prioritas utama dalam menyiapkan generasi unggul tersebut adalah pendidikan, baik pendidikan yang bersifat ilmu pengetahuan dan keahlian, maupun pendidikan karakter. Pendidikan merupakan senjata ampuh untuk memutus tali kemiskinan dan merombak pola pikir. Tingkat pendidikan yang tinggi serta dibekali pembentukan karakter seperti kejujuran, disiplin dan sebagainya akan membuat generasi muda menjadi lebih kompetitif dan percaya diri.
Berkaitan dengan ketercapaian tujuan pendidikan nasional terutama yang mengarah pada pembekalan life skill peserta didik, dalam pengelolaan pendidikan diharapkan mampu menemukan strategi pengelolaan pendidikan yang lebih baik, sehingga mampu menghasilkan output pendidikan yang berkualitas baik dilihat dari kualitas akademik maupun kemampuan keterampilan. Kualitas akademik yang dimaksud adalah kualitas peserta didik yang terkait dengan bidang ilmu, sedangkan kualitas life skill berkaitan dengan kemandirian untuk mampu bekerja di kantor dan atau membuka usaha/lapangan kerja sendiri.
Penguatan pendidikan life skill dimaksudkan agar lulusan lembaga pendidikan tidak hanya terfokus pada jenis pendidikan akademik yang diarahkan untuk menjadi ilmuwan yang tempat bekerjanya sangat terbatas, melainkan masyarakat diberikan peluang yang seluas-luasnya untuk memanfaatkan pendidikan keterampilan yang diarahkan untuk memperoleh keahlian tertentu yang sangat dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri. Oleh karena itu program pendidikan life skill lebih mementingkan kemampuan praktis daripada teoretis, kemampuan itu dapat dibuktikan dengan perolehan sertifikat kompetensi oleh setiap lulusan pendidikan, sedangkan ijazah lebih condong kepada surat tanda tamat belajar.
Usaha meningkatkan kualitas pendidikan dan output sekolah sangat diperlukan program khusus berbasis life skill. Pengembangan program ini berupa Program SMA Komprehensif sebagai upaya untuk memberikan pembekalan kepada siswa, dengan tujuan agar lulusannya nanti dapat memiliki keterampilan khusus yang dapat membekali peserta didik sesuai bakat yang dimiliki.
Hal tersebut merupakan langkah strategis, mengingat persaingan di masyarakat pascapendidikan menengah sangatlah ketat. Terutama lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi tetapi memilih dunia kerja untuk kelanjutannya.
SMA Komprehensif merupakan sistem pembelajaran yang menggabungkan proses pembelajaran pengetahuan dan keterampilan tambahan kepada para peserta didik SMA.
Sistem ini merupakan kolaborasi antara kurikulum SMA dengan kurikulum sekolah vokasi. SMA Komprehensif merupakan sekolah yang menyiapkan peserta didiknya untuk siap terjun di masyarakat dengan membekali pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Keterampilan yang dimiliki oleh setiap peserta didik yang nantinya akan bervariasi sesuai dengan kondisi sekolah, kebutuhan dunia usaha dan industri, serta potensi daerah.
Sekolah yang akan menyelenggarakan sistem pembelajaran SMA Komprehensif, perlu melakukan analisis kondisi sekolah, mulai dari sumber daya manusia, sarana-prasarana pendukung, sumber dana, dan kebutuhan dudi serta kemampuan peserta didik sebagai sasaran dari program. Dengan menganalisis kondisi dan kebutuhan sekolah, maka sekolah dapat menetapkan keterampilan apa saja yang akan diberikan kepada peserta didik dan sinerginya terhadap kebutuhan dunia kerja.
Menurut data statistik pendidikan tahun 2018, di Bali terdapat 187 SMA dengan jumlah siswa sebanyak 90.525 orang. Sementara angka partisipasi murni siswa SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi masih sangatlah rendah yatu sebesar 24,08%. Lebih dari 75% siswa SMA di Bali tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
Angka ini sangatlah besar, sehingga siswa SMA yang sejatinya diarahkan untuk menuju ke perguruan tinggi ternyata daya serap ke perguruan tinggi masih sangatlah rendah. Siswa yang tamat SMA ini kebanyakan siswa yang tidak memiliki skill yang mumpuni dalam dunia kerja. Kebanyakan dari mereka masih belum siap bekerja.
Permasalahan banyaknya siswa SMA yang non skill inilah maka diperlukan suatu reformasi arah baru pendidikan di Bali, sehingga siswa-siswi di Bali walaupun tidak melanjutkan kuliahnya diharapkan nanti setelah tamat SMA minimal mempunyai sertifikat kompetensi yang bisa diandalkan oleh mereka dalam dunia kerja. Sementara ini, pendidikan di SMA hanya diarahkan pada kemampuan kognitif saja. Sisi keterampilan dalam mempersiapkan dunia kerja masihlah sangat kurang.
Penerapan program SMA komprehensif dapat menggunakan beberapa model. Beberapa model yang dapat digunakan oleh sekolah harus memperhatikan hasil dari analisis SWOT. Adapun pelaksanaan proses pembelajaran dapat dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah, baik teori maupun praktek, di mana pelaksanaannya akan didampingi oleh guru dan instruktur dari lembaga partner.
Proporsional proses pembelajaran antara teori dan praktek sebesar 30% teori dan 70% praktek. Dalam teknis pelaksanaannya, sekolah dapat melakukan kerja sama dengan para stakeholder yang kompeten dan legalitasnya diakui oleh dunia usaha dan dunia industri.
Pengembangan SMA komprehensif di Bali dapat dilakukan dengan tiga model yatu model sekolah, model ganda, dan model school-based entreprise. Penerapan model sekolah dapat dilakukan dengan implementasi keterampilan siswa yang dilakukan penuh di dalam sekolah.
Model ini berasumsi bahwa segala hal yang terjadi di tempat kerja dapat diajarkan di sekolah dan semua sumber belajar terdapat di sekolah. Dalam hal ini sekolah menyiapkan sarana-prasarana sesuai dengan kebutuhan keterampilan yang akan diberikan. Pengembangan model ganda adalah kombinasi pemberian pengalaman kerja di dunia usaha.
Penulis, Guru Fisika, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN Bali Mandara