Siswa membaca koran dalam kegiatan Bali Post Goes to School, Jumat (15/11). (BP/eka)

Sumber daya manusia (SDM) adalah hal mutlak yang harus dikelola secara jelas terukur dan terencana untuk menjadi pengawal peradaban Bali ke depan. Bicara SDM tentu kita tak mungkin membiarkan generasi muda Bali bersaing dengan fasilitas dan prasarana pembelajaran yang biasa-biasa saja.

Harus ada terobosan jelas dalam hal ini. Jika selama ini pembelajaran larut dengan model-model mengkarantina siswa di kelas, maka ke depan pengenalan dunia kerja dan membaur dengan lingkungan sosial bisa menjadi model. Ke depan, siswa jangan kita proyeksikan sebagai manusia penghafal dan pelaksana sejumlah teori, melainkan harus lahir sebagai individu berkualitas dan profesional.

Dalam konteks inilah kita harus memberikan ruang yang lebih lapang kepada para siswa sebagai peserta didik. Mungkin ada baiknya kita ikuti dulu terobosan Mendikbud Nadiem Makarim dalam menata dunia pendidikan di negeri ini. Sebuah model memang harus dicoba dan dijabarkan. Tak mungkin model yang akan dikembangkan tanpa program uji coba. Makanya, kita harus berada pada visi dan misi yang sama dalam menuju pembelajaran yang berkualitas dan profesional.

Baca juga:  Petani Muda Bali Perlu Bergabung Garap Ketahanan Pangan

Dalam konteks kekinian, kita juga harus paham betul dengan tantangan menjaga Bali dari sisi SDM. Kita boleh saja ikut dengan perkembangan dunia digital dan teknologi informasi yang berkembang pesat. Namun, bagi Bali, satu hal yang harus tetap dijaga memastikan SDM profesional Bali tetap komit menjaga identitas ke-Bali-annya. Kita tak boleh lupa dan menjauh dari komitmen ini. Masalahnya, SDM Bali yang kini duduk di lembaga pendidikan adalah harapan kita bersama untuk mengawal peradaban Bali.

Baca juga:  Menunggu Reinkarnasi Ujian Nasional

Untuk itulah sistem pembelajaran terstruktur dan terpadu dengan praktik di dunia usaha/industri/lembaga tersertifikasi untuk menuju SDM profesional harus ditempuh. Proses pembelajaran yang diterapkan 50:50 antara sekolah dan lembaga partner. Pengaturan jam antara teori dan praktik disepakati oleh kedua belah pihak.

Sedangkan model School Based-enterprised merupakan pengembangan dunia usaha di sekolah dengan tujuan untuk menambah penghasilan sekolah, yang secara tidak langsung memberikan pengalaman kerja nyata pada peserta didiknya. Model ini dapat diterapkan dengan baik jika sekolah memiliki sumber dana, SDM, dan sarana-prasarana yang memadai untuk menyelenggarakan unit-unit usaha sendiri.

Baca juga:  Menguatkan Kesadaran Mengawal Kearifan Lokal

Setiap sekolah di Bali pasti memiliki keunikan dan analisis SWOT yang berbeda sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Penetapan program sekolah mengacu pada hasil analisis SWOT yang sudah dilaksanakan, sehingga program yang diberikan kepada peserta didik tidak bertentangan dengan visi-misi sekolah serta kebutuhan dunia usaha dan industri. Bila memungkinkan pemilihan program keterampilan dapat disinergikan dengan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler dan program pembiasaan di sekolah.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *