NEGARA, BALIPOST.com – Pohon yang dulunya tumbuh alami, kini mirip perkebunan. Sebagian besar ditanami pisang dan tanaman lain. Inilah kondisi hutan di wilayah Sombang, Desa Tukadaya, sekarang. Memprihatinkan karena kawasan penyangga di hulu ini kini tidak lagi asri seperti dulu.
Komisi II DPRD Jembrana mendapati kenyataan itu saat mengecek lokasi hutan tersebut, Jumat (20/12). Dewan turun untuk melihat langsung kondisi hutan yang selama ini disampaikan masyarakat. ”Hutannya gundul,” kata Ketua Komisi II DPRD Jembrana Ketut Suastika.
Menurutnya, pengecekan ini sekaligus survei lokasi untuk nantinya dilakukan penanaman kembali (reboisasi) bibit pohon hutan dan buah-buahan yang dilakukan bersama-sama.
Komisi II juga mendapatkan keterangan dari kehutanan bahwa tiga perempat dari 383 hektar hutan lindung dan 299 hektar produksi sudah rusak. Bila perambahan tidak dihentikan, kerusakan akan semakin luas.
Sejatinya di hutan produksi, masyarakat penyanding diberikan hak mengelola dengan menanam tanaman yang bernilai ekonomi bagi mereka. Tapi tidak dengan memotong pohon-pohon besar yang sudah ada.
Komisi II menilai perlu ada tindakan riil untuk menangani ini salah satunya dengan reboisasi. Penanaman 10.000 bibit pohon akan melibatkan sejumlah pihak termasuk masyarakat penyanding. Tanaman yang akan ditanam di antaranya pohon trembesi dan mahoni serta bibit buah seperti sirsak, mengkudu dan boni.
Suastika menyatakan, pondasi hubungan manusia dengan alam harus dipupuk kuat. Salah satu bentuk yang harus dilakukan adalah menjaga kawasan hulu yang merupakan hutan sebagai sumber kehidupan. Ia mengajak siapa pun untuk bersama-sama melakukan aksi riil menjaga hutan melalui reboisasi. (Surya Dharma/balipost)