DENPASAR, BALIPOST.com – Bali menduduki peringkat lima besar di Indonesia dari sisi jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan. Dalam tiga bulan terakhir ini secara rata-rata peningkatan temuan kasus HIV/AIDS di Bali antara 150-200 setiap bulannya.
Jika diakumulasi sejak tahun 1987, total jumlah kasus HIV/AIDS di Bali mencapai 22.034 orang. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, faktor risiko penularan lewat hubungan seksual paling mendominasi, di antaranya heteroseksual sebanyak 76,3 persen (16.808 jiwa), homoseksual 14,7 persen (3.247 jiwa), dan biseksual 0,5 persen (110 jiwa).
Sedangkan faktor jarum suntik narkoba sebanyak 3,9 persen (859 jiwa). Sisanya, perinatal sebanyak 2,8 persen (614 jiwa), sebab tidak diketahui sebanyak 1,8 persen (386 jiwa), serta faktor resiko tattoo sebanyak 10 orang.
Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali, Made Suprapta mengatakan, penularannya HIV saat ini memang sudah beralih dari narkoba menjadi hubungan seksual. Bergesernya faktor risiko ke hubungan seksual menjadikan pergeseran pada kelompok usia penderita bergeser ke usia produktif.
Hal ini dikarenakan prilaku hubungan seksual tinggi dilakukan oleh usia produktif. ”Saat ini HIV/AIDS dominan menyerang usia produktif dalam hal ini usia 15 tahun hingga 60 tahun,” ujarnya.
Untuk itu ia menyarankan, bagi prilaku faktor risiko seksual, seperti sering berganti-ganti pasangan untuk segera melakukan tes HIV. Saat ini tes HIV bisa dilakukan di setiap Puskesmas yang ada di Bali.
Menurut Suprapta, semakin dini seseorang tahu dirinya terinfeksi HIV, akan semakin cepat mendapatkan pengobatan dan tidak sampai ke tahap AIDS. ”Tahap AIDS itu artinya penderita HIV sudah menderita gejala sakit. Kalau sudah masuk tahap ini lebih sulit virusnya ditekan dan penderita akan lebih mudah menderita sakit,” ujarnya.
Saat ini, obat untuk HIV adalah ARV. Ketersediaan ARV di Bali hingga kini masih aman.
Bagi penderita HIV harus meminum ARV seumur hidup secara rutin dan tepat waktu. Ini dikarenakan jika tidak rutin dan tepat waktu, virus HIV menjadi kebal dengan ARV dan bisa kembali memperbanyak diri dan menyebabkan penderita rentan mengalami sakit atau masuk ke tahap AIDS. ”ARV adalah obat untuk HIV. Obat ini harus diminum seumur hidup, rutin dan tepat waktu,” ujar Suprapta. (Wira Sanjiwani/balipost)