Petani mengolah air laut menjadi garam. (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Petani garam Amed di Banjar Dinas Lebah, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Karangasem belakangan ini mulai kesulitan untuk memproduksi garam. Penyebabnya, saat ini sudah memasuki musim penghujan, sehingga petani kesulitan mendapatkan sinar matahari dalam memproduksi garam.

Ketua kelompok petani garam Banjar Lebah, I Nengah Suanda, Kamis (2/1) mengungkapkan, belakangan ini petani mulai kesulitan untuk memproduksi garam secara maksimal. Sebab, saat ini sudah mulai turun hujan, sehingga kesulitan untuk mendapatkan sinar matahari. “Pembuatan garam masih memakai cara tradisional yakni mengandalkan terik matahari. Kalau tidak ada matarahari, maka sulit memproduksi garam,” ucapnya.

Baca juga:  PMI Karangasem Distribusikan 10 Liter Air Bersih ke Tianyar Tengah

Suanda menambahkan, hal sepeeti ini hampir dirasakan setiap tahun oleh petani ketika memasuki musim penghujan. Untuk itu, petani telah menyiasati dengan mengkebut produksi di tahun 2019 lalu,sehingga stok di tahun 2020 aman. “Hasil produksi garam tahun lalu mencapai 40 ton. Jadi aman untuk memenuhi sampai akhir tahun,”jelasnya.

Dia menjelaskan, stok garam yang tersedia nantinya diprioritaskan untuk pemesan rutin seperti hotel dan restoran, termasuk ritel. “Kami utamakan untuk langganan. Sejauh ini, permintaan garam Amed masih stabil,”jelas Suanda. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Dari Mobil Rombongan “Pemedek” Oleng dan Terbalik hingga Banyak Hotel dan Vila Dijual
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *