Hari Senin pagi 30 Desember belum lama ini saya mampir ke Gedung Budaya Kota Denpasar. Gedung megah yang diberi nama Gedung Budaya Dharma Negara Alaya ini 26 Desember lalu di-pelaspas secara agama Hindu dan besok sorenya di-launching dan dimeriahkan seni tari dan pembukaan pameran lukisan.

Saya bangga dan puas melihat ruang pameran yang cukup luas dan memang boleh dikatakan cukup representatif dan profesional untuk memajang karya lukisan. Ada lampu sorotnya guna menerangi khusus lukisan, teknik menggantung lukisan juga sangat terukur. Seperti museum dan galeri yang sudah modern.

Baca juga:  Saatnya Bali Berbenah

Saya bandingkan dengan gedung budaya yang berlokasi di Puspem Badung di Sempidi. Gedung budaya yang bernama Gedung Budaya Giri Nata Mandala ini juga megah dan arealnya lebih luas dari gedung budaya Denpasar yang berlokasi di Lumintang bekas balai wantilan Pemda Badung.

Namun ada yang kurang memuaskan yakni ruang pameran untuk lukisan dan patung belum ada seperti ruang pameran gedung budaya Denpasar. Sehingga saat peresmian gedung budaya Badung sebulan yang lalu pameran lukisan ditiadakan.

Baca juga:  Gedung Budaya Giri Nata Mandala

Cuma dimeriahkan berbagai hiburan seni tari, dll. Saya yang juga sebagai anggota sanggar seni rupa Mangurupa Badung yang anggotanya sekitar 50 seniman sepertinya dipinggirkan. Tidak seperti Pemkot Denpasar.

Wali Kota Denpasar sangat peduli dengan berbagai kesenian termasuk seni rupa. Sama halnya dengan orangtua beliau, Prof. Ida Bagus Mantra, yang pelopor membangun Art Center dan juga dibangun khusus untuk ruang pameran seni rupa. Rupanya pejabat di Badung perlu studi banding ke Gedung Budaya Dharma Negara Alaya.

Baca juga:  Penjahat Berkedok Wisatawan

W. Beratha Yasa

Kapal, Badung

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *