DENPASAR, BALIPOST.com – Petani mempunyai peran yang sangat penting. Petani berada di garda terdepan dalam upaya mewujudkan kemandirian pangan. Hal tersebut diutarakan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), dalam sambutannya pada acara Penyerahan Sertifikat Kompetensi Pertanian di Gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali, Selasa (24/12).
Penglingsir Puri Ubud yang baru ditetapkan sebagai Guru Besar ISI Denpasar ini menyebut, era disrupsi sejalan dengan revolusi industri 4.0, berimbas pula pada perkembangan sektor pertanian.
Menurut Cok Ace, sertifikasi kompetensi bidang pertanian merupakan langkah antisipasi dalam menghadapi era dengan perubahan yang sangat cepat di berbagai bidang kehidupan. Sertifikasi kompetensi ini diharapkan dapat mencetak tenaga kerja di sektor pertanian yang lebih kompeten sehingga mampu meningkatkan daya saing produk pertanian.
Menurut Cok Ace, Pemprov Bali yang saat ini mengusung Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru tak henti mengupayakan pemajuan sektor pertanian. “Jika sebelumnya yang menjadi fokus di sektor ini lebih cenderung pada hulu seperti penyediaan bibit dan lainnya, maka pada Bali Era Baru kita garap secara holistik dari hulu ke hilir,” terangnya.
Upaya tersebut diaktualisasikan dalam Peraturan Gubernur Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali yang mewajibkan toko swalayan, hotel, restoran dan katering untuk menyerap produk lokal. Sejauh ini menurut Cok Ace, penerapan Pergub ini memang belum berjalan 100 persen.
Namun ia optimis dan berkeyakinan dalam beberapa waktu ke depan, penerapan aturan ini akan makin optimal. Selain Pergub 99 Tahun 2018, Perda Desa Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Desa Adat juga ada kaitannya dengan perlindungan sektor pertanian. “Karena yang dilindungi dalam Perda Desa Adat itu kan budaya yang basisnya agraris,” ucapnya.
Pada bagian lain, Wagub Cok Ace juga menyinggung stigma negatif yang masih disandang oleh petani seperti kotor dan secara ekonomi kurang menjanjikan. Ia berharap ke depan stigma negatif itu dapat diluruskan melalui keberadaan tenaga kerja yang lebih berkompeten di bidang pertanian. Lebih dari itu, sinergi sektor pariwisata dengan pertanian juga diharapkan mampu mengangkat kesejahteraan petani serta perlahan-lahan dapat meluruskan stigma negatif tersebut.
Wagub Cok Ace mengingatkan pula bahwa sektor pertanian tak hanya berkaitan dengan ekonomi. “Sektor ini berkaitan dengan budaya dan pelestariannya menjadi tanggung jawab kita bersama,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Mandara Riset Institute, Ida Bagus Sukarya, dalam laporannya mengatakan bahwa pihaknya konsen dalam melakukan sertifikasi kompetensi bagi tenaga di bidang pertanian. Sertifikasi kompetensi diikuti oleh para pakaseh, petani, generasi milenial dan tenaga kontrak dinas pertanian yang sebelumnya bertugas sebagai pendamping program Sistem Pertanian Terpadu (Sipadu).
Secara keseluruhan, yayasan yang dikelolanya telah mengeluarkan 832 sertifikasi profesi bidang pertanian. “Yang diserahkan dalam kesempatan ini sebanyak 200 sertifikat,” tambahnya. Mengingat kompleksnya persoalan yang membelit sektor pertanian, ia minta keterlibatan seluruh komponen dalam memajukan sektor ini. Kegiatan penyerahan sertifikat kompetensi bidang pertanian dirangkai dengan FGD yang mengusung tema ‘’Mengangkat dan Membumikan Subak Gede Masceti Menerapkan Pertanian Milenial Ramah Lingkungan Kompeten.” (kmb/balipost)