DENPASAR, BALIPOST.com – Angka gangguan bipolar mengalami peningkatan di kalangan milenial Bali. Kondisi ini terlihat dari kunjugan RSUD Wangaya.

Hal ini perlu diwaspadai para orangtua. Menurut Psikolog RSUD Wangaya, Nena Mawar Sari, penyebabnya diduga kecanduan gadget, pengabaian dari keluarga, orang tua yang terlampau sibuk sehingga anak kurang perhatian dan kasih sayang. *Ini mulai meningkat terjadi di Wangaya,” katanya, belum lama ini.

Baca juga:  Di Tengah Berlangsungnya PPKM, Zona Merah COVID-19 di Bali Justru Bertambah

Usia penderita mulai dari 18-25 tahun yang notabene kalangan milenial. Meski menderita bipolar, namun dikatakannya,  mereka masih bekerja dengan baik dan belajar dengan baik.

Selain itu ia menyebut angka depresi juga meningkat karena bullying.

Nena menjelaskan bipolar bisa dialami seseorang karena genetik, ada sesuatu yang salah pada biologisnya, dan bisa juga karena pola asuh. Munculnya gangguan bipolar, tidak saat usianya masih kecil, tapi bisa saat remaja atau dewasa.

Baca juga:  Perjuangkan dan Pertahankan Kemerdekaan, Berikut 6 Perang Berlokasi di Bali

Ciri-cirinya, panik, depresi up and down, melukai diri sendiri. Ia mengungkapkan kasus gangguan bipolar yang terjadi di RSUD Wangaya terjadi karena pengaruh pekerjaan dan informasi didapatkan dari berbagai sumber, seperti instagram, youtube tidak dicerna dengan baik sehingga mempengaruhi suasana hatinya.

Di era  yang serba digital ini, menurutnya, perlu waktu sejenak untuk istirahat dari gadget. “Mungkin satu hari tanpa gadget untuk mengistirahatkan pikiran dan hati, karena sumber kesibukan adalah gadget,” sarannya. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Salah Satu Paslon Tak Hadir, Dialog Kebangsaan Undiknas Batal Digelar
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *